Kisah Arwah Penunggu Segara Anakan

Kisah Misteri Arwah Penunggu Telaga Segara Anakan

Segara Anakan adalah sebuah telaga yang terletak di pulau Sempu. Pulau ini belum terlalu populer karena letaknya yang berada dalam kawasan cagar alam. Pulau Sempu dan Telaga Segara Anakan berada di desa Tambakrejo kecamatan Sumbermanjing Wetan kabupaten Malang, Jawa Timur.

Cerita misteri kali ini dibagikan oleh akun twitter @Arie_Kriting dimana menceritakan tentang arwah penasaran yang ada di Telaga Segara Anakan. Cerita ini ditulis ulang dengan perubahan seperlunya tanpa mengubah alur dan susunan cerita. Selamat membaca.

Kalian gak percaya ada arwah penasaran? Yakin? Nah, mungkin cerita saya ini bisa jadi pertimbangan. Banyak yang berpikir bahwa arwah gentayangan itu senang menghuni rumah tua atau pohon besar. Itu sebenarnya hanya sebagian saja.

Arwah gentayangan itu sebenarnya lebih banyak menghuni tempat-tempat yang akrab di kehidupan kita. Percaya gak percaya, lokasi yang menjadi kegemaran dan banyak arwah gentayangannya itu adalah pasar, tempat yang kotor, dan wilayah perairan.

Terutama di air. Jika anda berpikir telaga, sungai, rawa, atau danau itu indah percayalah di tempat seperti itu banyak hantunya.

Pernah suatu kali kami sedang liburan ke sebuah pulau bernama Pulau Sempu, di pantai selatan Kabupaten Malang. Disana ada Telaga yang bernama "Segara Anakan". Pemandangan alamnya indah, tetapi tidak dengan pemandangan yang tak kasat Mata.

Saat itu matahari sudah terbenam, tetapi saya masih betah berendam di dalam telaga. Hanya bertiga dengan teman saya lainnya. Lalu pohon bakau yang ada di sekitar kami tiba-tiba bergerak seperti tertiup angin kencang. Gerakannya mengelilingi Telaga.

Perasaan Takut mulai merasuki kami, dan tiba-tiba sesosok wanita berambut panjang dan berpakaian putih menampakkan diri. Ia berdiri diatas pohon bakau tepat di hadapan Kami. Jaraknya cukup dekat, saya bisa melihat matanya yang berwarna Putih.

Saat itu kami berenangnya agak ke tengah karena air di Segara Anakan suhunya cukup Hangat. Dan hantu itu tepat diseberang kami.

Saat berenang dan wajah saya terbenam dalam air, saya sempat membuka mata. Sosok wanita itu tepat berada di bawah saya. Rambut hitamnya menutupi dasar telaga.

Wajahnya menghadap ke arah saya, sekali lagi saya melihat mata pucat itu. Mata itu hanya berwarna putih tetapi seperti mampu menatap kita. Mata itu seperti memberitahu bahwa dia adalah kematian.

Saya mengangkat kepala, terus mengayuh agar segera mencapai daratan. Pikiran saya kalut. Kami pun akhirnya mencapai daratan. Kejadian barusan membuat saya seperti mengambang, mencoba memahami apa yang baru terjadi.

Dan ternyata di tepi Telaga hanya ada kami berdua. Ketakutan berubah menjadi perasaan panik, salah satu teman kami menghilang.

Kami sontak memanggil-manggil namanya, tetapi tidak ada jawaban. Teriakan kami mengundang rasa penasaran dari pengunjung lainnya. Akhirnya banyak orang berkumpul, kami pun menceritakan kejadian yang baru saja terjadi lalu memutuskan mencari kawan kami.

Beberapa menit kemudian kami menemukan kawan kami. Dia sedang duduk di atas dahan pohon di tepi Telaga. Saat disapa dia diam saja.

Akhirnya salah seorang dari kami memanjat pohon tersebut, dan kawan kami itu ternyata tidak sadarkan diri. Kami pun menurunkannya dan membawanya kembali ke dalam tenda. Beberapa pemuda pencinta alam yang kebetulan ada disitu ikut bersama kami.

Selama beberapa jam itu, teman kami hanya diam saja. Matanya tertutup, seperti orang yang sedang tertidur. Kami memutuskan untuk tetap terjaga malam itu. Dalam hati saya terus berdoa, semoga kawan saya ini tidak kerasukan.

Kira-kira jam dua dini hari, kami semua terkejut ketika teman saya itu tiba-tiba berteriak kencang. Kami semua berhamburan keluar dari tenda. Dari luar tenda kami mendengar isak tangis dan teriakan minta tolong dari kawan kami ini. Dia bahkan memanggil nama saya.

Lalu kami memberanikan diri untuk masuk. Didalam tenda, kawan saya ini terduduk tampaknya lemah sekali. Dia menangis. Saya khawatir dia kerasukan, lalu saya mengajukan beberapa pertanyaan. Dengan suara lemah ia menjawab. Dia masih menangis.

Setelah yakin kawan saya itu tidak kerasukan, kami pun memberinya air minum dan memintanya untuk tenang. Beberapa saat kemudian kawan saya itu sudah bisa menguasai diri. Ia lalu  bertanya, apa yang terjadi? Kami semua bingung.

Saya lalu menceritakan semua kejadian dari awal hingga akhir. Saat itu saya melihat tubuhnya bergetar hebat. Setelah selesai bercerita, saya lalu balik bertanya, apa yang terjadi sebenarnya. Apa yang dia alami?

Ia pun bercerita. Saat itu seperti halnya saya, dia juga melihat sosok penampakan wanita di atas pohon bakau ketika kami di Telaga Segara Anakan. Penampakan wanita itu lalu melambaikan tangan dan meneriakkan namanya. Ia terperangah.

Ketika terkesiap, ia lalu melihat saya dan teman saya satunya sudah berenang meninggalkannya. Ia lalu berenang menyusul kami. Saat wajahnya masuk ke dalam air, matanya sempat terbuka dan melihat sosok arwah wanita itu di bawahnya.

Ia lalu mencoba mengangkat wajahnya dari air, tetapi tidak bisa. Selama sekian detik ia beradu pandang dengan sosok arwah itu. Ia merasa sesak, dan hampir kehabisan napas. Namun akhirnya berhasil mengangkat wajahnya dari air.

Ketika itu, ia melihat kami berdua telah mencapai daratan. Ia lalu berteriak-teriak minta Tolong.

Tiba-tiba ia merasa sesuatu menariknya ke dalam air. Dan sosok arwah wanita itulah yang melakukannya. Ia memberontak berusaha lepas. Setiap kali ia hampir kehabisan nafas di dalam air, arwah wanita itu melepaskannya. Lalu beberapa saat kemudian menariknya lagi. Begitu terus terjadi berkali-kali, sampai akhirnya untuk kesekian kalinya kawan saya itu dibenamkan dalam sekali.

Ketika benar" hampir kehabisan napas ia lalu dilepaskan oleh arwah wanita itu. Kawan saya berjuang naik ke permukaan. Bukannya mencapai permukaan air, kawan saya itu justru tersadar dan menemukan dirinya ada di dalam tenda bersama kami. Ia lalu menyudahi ceritanya, kami semua hening.

Dan saat itu matahari sudah mulai menyinari Telaga Segoro Anakan. Pagi itu, kami langsung bergegas pulang meninggalkan Telaga Segara Anakan. Tapi penampakan arwah perempuan itu masih terbayang.

Selama beberapa bulan saya enggan ke kamar mandi di malam hari. Tetapi suatu malam saya terpaksa harus mandi di malam hari. Awalnya tidak ada kepikiran apa2, karena saat itu saya terburu-buru. Jam 8 malam saya harus bertemu seseorang.

Saya ke kamar mandi hanya untuk gosok gigi dan mencuci wajah saja. Sungguh tidak ada firasat buruk sedikit pun. Setelah menggosok gigi, saya lalu membasuh wajah dan mengusapkan sabun wajah agar terlihat lebih segar.

Ketika membilas sabun pembersih wajah itu, saya membasuh wajah saya dengan air. Reflek saya menutup mata agar tidak pedih. Ketika membuka mata, sesosok wajah wanita tepat hadir di hadapan saya. Hanya pepala, dan rambutnya yang basah.

Wajah wanita itu adalah wajah wanita paruh baya. Wajahnya pucat dan bibirnya membiru. Tidak ada ekspresi, wajahnya muram. Meskipun hanya sekejap tapi sosokn kepala wanita ini sudah terlanjur terekam dalam memori saya.

Saya langsung lari keluar dari rumah. Dan sejak saat itu saya selalu berusaha menghindari ke kamar mandi saat malam hari. Belakangan baru saya ketahui, bahwa arwah, makhluk halus, atau pun hantu itu ternyata suka bersemayam di tempat yang dialiri Air. Demikian kisah yang dapat saya bagikan malam ini.


Itulah tadi cerita misteri tentang Sosok Arwah Penunggu Telaga Segara Anakan. Meski dalam cerita ini penulisnya seolah kebingungan membedakan antara mana arwah (ruh manusia) dan jin (makhluk halus), tetap tidak mengurangi hikmah yang ada di balik cerita ini.

Kapanpun anda berkunjung ke suatu daerah yang benar-benar baru atau asing, biasakanlah untuk sekedar beruluk salam kepada penunggu tempat tersebut. Lakukan dalam hati dan minta izin untuk menggunakan segala fasilitas yang ada di sana. Salam Rahayu.