Filosofi Sunan Drajat

gambar sunan drajat

Filosofi Sunan Drajat - Sunan Drajat yang dilahirkan dengan nama Raden Syarifuddin atau Raden Qosim adalah putra dari Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Sebagai seorang wali penyebar agama Islam, Sunan Drajat mengusahakan kesejahteraan sosial dan motivasinya ditekankan pada kerja keras untuk menciptakan kemakmuran.

Wejangan dan Filosofi Sunan Drajat


"Urip iku kadya wewayangan, lemampah sanetran kadya ing tangane dalang."

Artinya, kehidupan hanya sekedar bayang-bayang yang melintas sekejap bagaikan pelakon sandiwara yang beraksi di atas panggung tapi kemudian tak terdengar lagi suaranya.

Unen-unen di atas adalah setetes dari wejangan Sunan Derajat. Sebuah ilustrasi kehidupan manusia di muka bumi. Kehidupan di dunia ini hanya sementara. Seolah kita hanya mampir sebentar untuk beristirahat.

Dan ketika telah tiba saatnya panggilan dari Yang Maha Kuasa atau ajal telah menjemput, kita akan berjalan sangat lama sekali. Jarak yang tiada bertepi menuju singgasana-Nya.

Hal ini sesuai dengan perkataan Sunan Derajat, "Urip iku mung kadyo mamper ngombe, sabanjure mlaku mane adoh banget parane." Hidup itu hanya untuk mampir minum, setelahnya berjalan lagi jauh sekali.

Dalam memperkenalkan ajaran Islam, Sunan Drajat menggunakan konsep dakwah bil Hikmah. Berdakwah engan cara-cara yang bijak, tanpa unsur memaksa. Dengan kearifannya ia mencetuskan kaidah bagaimana hidup bermasyarakat, hidup bersama, dan saling tolong-menolong antar sesamanya.

Filosofi di atas bisa dilihat dari wejangan beliau berikut ini :

"Paring teken maring kang kalunyon lan wuto, paring pangan maring kan kaliren, paring sandang marang kang kawudan, paring payung kang kudanan. Bapang den simpangi, ana catur mungkur."

Berikan tongkat pada orang buta, berikan makan pada yang kelaparan, berikan pakaian kepada yang telanjang, dan berikan  payung kepada yang kehujanan. Jangan mendengarkan pembicara yang menjelek-jelekkan orang lain, apalagi melakukan perbuatan itu.

Sunan Derajat juga mengajarkan kesantunan dalam berumah tangga. Hal ini di ketahui melalui wejangan beliau :

"Wong urip kudu ngupaya boga, tuking boga saking nyambut karya. Seregep makarya biso gawe mulyo tumraping kulawargo, tumrap wong sesomahan kudu amongsi, kulawarga kang apik lamun padha rukun lan darbe panjangka amrih rahayuning jagad. Sing sopo seneng urip tetanggan kelebu janma linuwih. Tonggo iku perlu dicedaki nanging aja ditrisnani."

Orang hidup harus mencari nafkah, nafkah ada apabila rajin bekerja, rajin bekerja dapat mendapat kemuliaan kelurga. Orang berumah tangga harus saling cinta mencintai. Keluarga yang baik selalu rukun bersatu dan mencita-citakan kebahagiaan dunia dan akhirat. Barang siapa suka hidup bertetangga itu tergolong manusia yang arif. Tetangga itu perlu didekati akan tetapi jangan dicintai.

Sunan Derajat dalam berdakwah juga menggunakan pendekatan secara sosial dan budaya. Beliau selalu menjaga adat peninggalan para leluhur. Ajaran beliau yang terkenal dengan sebutan "Sapta Paweling" atau tujuh pesan petuah menjadi pusaka leluhur.

Tujuh Petuah Sunan Derajat


Filosofi Sunan Drajat untuk mengentasakan kemiskinan diabadikan dalam tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Adapun makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Memangun resep tiyasing sesama
    Artinya agar kita semua senantiasa sebisa mungkin membuat hati orang lain senang. Sesunggunya membuat bahagia kepada orang lain akan terhitung dengan sodaqoh.

  2. Jeruning suka kudu eling lan waspada
    Artinya tatkala senag harus ingat dan waspada. Sebab dalam perjalanan hidup ada suka dan duka, oleh karena itu manusia di tuntut sebisa mungkin untuk selalu waspada ketika dalam keadaan suka.

  3. Laskitaning subrata tan nyipta maring pringabayaning lampah
    Artinya dalam perjalanan untuk mencapai cita-cita luhur jangan memperdulikan segala bentuk rintangan yang menghadang.

  4. Memperharganing ponco driyo
    Artinya agar kita dapat menahan hawa nafsu karena sesunggunya nafsu bagaikan anak kecil, jika kita selalu menuruti kehendaknya ia akan selalu menginginkan secara terus menerus.

  5. Mulyo guno panca waktu
    Artinya kebahagiaan lahir batin atau kemulyaan hanyalah bisa dicapai dengan melakukan sholat lima waktu. Sebab melalui sholat lima waktu derajat seseorang akan lebih tinggi.

  6. Heneng, Haning, Henung
    Artinya dalam keadaan diam kita memperoleh keheningan, dan dalam keadaan hening itulah kita akan dapat mencapai tujuan luhur dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Berpikirlah dengan tenang, jernih, supaya sampai kepada yang dituju (Allah).

  7. Teruna ing samudra wirajangji
    Orang Derajat menyebutnya dengan "Segara ombak pinana tunggal." Artinya segala gejolak hidup dapat dipahami sebagai perwujudan Irodah Allah.

Demikianlah filosofi Sunan Drajat yang bisa kita ambil hikmahnya. Semoga tulisan ini bisa menambah wawasan dan membuat hati kita menjadi lebih lembut akan memahami setiap permasalahan duniawi. Amin Ya Rabb.