Misteri Gunung Raung

Cerita Misteri Gunung Raung

Kami akan membagikan sebuah tulisan mengenai kisah misteri Gunung Raung. Gunung Raung adalah sebuah gunung di bagian timur pulau Jawa. Tepatnya terletak di perbatasan antara kabupaten Bondowoso, Banyuwangi, dan Jember.

Gunung Raung memiliki sebuah keunikan jika dibandingkan dengan gunung lainnya di pulau Jawa. Yakni memiliki kaldera yang berbentuk elips dengan kedalaman sekitar 500 meter. Kaldera ini tampak selalu mengepulkan asapnya dan kadang menyemburkan api. Ada juga kerucut setinggi kurang lebih 100 meter.

Kaldera yang ada di puncak gunung dan puncak-puncak kecil di sekitarnya membuat pemandangan di gunung Raung tampak sangat menarik dan indah. Tak heran jika puncak gunung Raung ini menjadi salah satu destinasi objek wisata favorit di Jawa Timur.

Bagi anda yang berminat menjadi pendaki Gunung Raung, paling mudah adalah mendaki dari Kabupaten Bondowoso. Dari Bondowoso terus menuju ke desa Sumber Wringin dengan menggunakan angkutan umum melalui Sukosari.

Untuk mendaki di Gunung Raung tidak memakai izin khusus, anda cukup melaporkan diri ke aparatur desa di Sumber Wringin. Biaya pendakian Gunung Raung belum ditentukan oleh pemerintah daerah, biasanya cukup membayar biaya seikhlasnya saja.

Jalur Pendakian Gunung Raung


Selama pendakian ke Puncak Gunung Raung tidak ada mata air, jadi persediaan air sebaiknya sudah disiapkan dari Sumber Wringin atau Sumber Lekan. Perjalanan dari desa Sumber Wringin akan melalui kebun pinus dan perkebunan kopi untuk menuju Pondok Motor. Di Pondok Motor anda dapat menginap dan beristirahat sejenak, sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak yang membutuhkan waktu sekitar 9 jam dengan berjalan kaki.

Dari Pondok Motor ke Gunung Raung dimulai dengan melalui perkebunan warga selama 1 jam. Lalu pendaki akan memasuki wilayah hutan Hutan gunung ini terdiri dari pohon glentongan, arcisak, takir, dan lain sebagainya.

Setelah pendakian selama 2 jam, pendaki akan menemukan jalan berkelok dan naik turun. Di daerah ini mulai terlihat pohon cemara lalu pendakian diteruskan menuju Pondok Sumur. Medan pendakian akan mulai sulit dan jarang pandang agak terganggu karena ditutupi semak-semak. Pendakian kemudian dilanjutkan selama 3 jam hingga mencapai Pondok Demit.

Kemudian pendaki harus mendaki lagi selama 8 jam hingga mencapai batas hutan yang dikenal dengan sebutan Pondok Mantri atau Parasan. Di tempat inilah pendaki bisa beristirahat untuk berkemah. Perjalanan dilanjutkan melalui padang alang-alang sekitar 1 jam perjalanan untuk kemudian langsung menuju puncak Gunung Raung yang sedikit berpasir dan berbatu-batu.

Dari tempat berkemah menuju puncak Gunung Raung hanya diperlukan waktu sekitar 2 jam. Puncak Gunung Raung berada pada ketinggian 3.332 mdpl dan sering bertiup angin yang kencang. Dari pinggir kawah tidak terdapat jalur yang jelas untuk menuju dasar kawah. Akibatnya, pendaki yang bermaksud turun ke kawah harus mempersiapkan tali dan peralatan lain sebagai langkah pengamanan.

Keangkeran Gunung Raung


Keangkeran Gunung Raung sudah terlihat dari nama-nama pos pendakian yang ada. Mulai dari Pondok Sumur, Pondok Demit, Pondok Mayit, dan Pondok Angin. Masing-masing nama tempat itu adalah peninggalan sejarah Gunung Raung. Pondok Sumur misalnya, konon terdapat sebuah sumur yang dahulunya digunakan seorang pertapa sakti asal Gresik.

Sumur ini konon tak kasat mata. Hanya yang benar-benar berilmu tinggi atau sedang "beruntung" saja yang bisa melihat dan menemukan sumur gaib Gunung Raung ini. Sang pertapa pun diyakini masih ada, hanya berada di dunia lain atau dimensi yang berbeda dengan kita.

Jika anda sedang berkemah melewati malam di Pondok Sumur, kadang akan mendengar suara derap langkah kaki kuda yang seakan-akan sedang melintas di belakang tenda. Langkah-langkah kuda itu konon berasal dari arwah pasukan kerajaan yang mati dibunuh selama masa penjajahan dahulu.

Di Pondok Demit anda akan menemui hal yang sama seperti di gunung-gunung angker lainnya di tanah Jawa, yakni adanya pasar makhluk halus. Di Pondok Demit inilah sering terjadi aktifitas jual-beli para jin dan makhluk halus layaknya seperti pasar tradisional.

Penduduk sekitar menyebut kawasan ini dengan julukan 'parset', Pasar Setan. Lokasi pasar setan terletak di sebelah timur dari jalur pendakian utama. Berupa sebuah lembah dangkal yang hanya ditumbuhi ilalang setinggi perut orang dewasa dan aneka pepohonan perdu.

Jika anda berkemah di Pondok Demit pada hari-hari tertentu, pada malam hari akan terdengar suara keramaian layaknya sedang berada di dalam pasar. Kadang diiringi dengan alunan suara musik tradisional seperti gending Jawa. Suara dan keramaian itu konon berasal dari aktifitas jual-beli di pasar setan.

Pondok Mayit mungkin adalah pos pendakian dengan kisah mistis paling menyeramkan di Gunung Raung. Hal ini karena tempat ini dahulunya pernah menjadi tempat seorang bangsawan Belanda dibunuh oleh para pejuang dan mayatnya dibiarkan menggantung di pohon.

Para pendaki yang sedang kosong pikirannya atau sedang kalut banyak yang melihat sesosok penampakan laki-laki dengan bagian tubuh yang rusak dan hancur. Sosok ini memang dikenal suka mengganggu dan menggoda para pendaki di Gunung Raung.

Tak jauh dari Pondok Mayit, ada Pondok Angin yang juga merupakan pondok terakhir atau base camp para pendaki. Tempat ini menyajikan pemandangan yang memukau karena terletak di puncak bukit. Dari Pondok Angin anda akan dapat menyaksikan pemandangan alam pegunungan yang indah.

Di malam hari tempat ini menjadi spot foto terfavorit banyak pendaki karena menyuguhkan gemerlapnya kota Bondowoso dan Situbondo di malam hari. Begitupun saat cuaca mendung dan hujan, sambaran kilat yang menyambar-nyambar di angkasa menjadi fenomena alam yang sangat luar biasa disaksikan.

Pondok Angin terkenal karena hembusan anginnya yang sangat kencang. Angin ini bertiup dari dasar kawah. Jika tidak hati-hati, angin akan mendorong anda jatuh ke dalam kawah. Hal ini menjelaskan sebab pendaki tewas di Gunung Raung pada tahun 2018 lalu.

Angin yang bertiup kencang dan membentur puncak-puncak gunung membuatnya terdengar seperti suara raungan. Itulah sebabnya kenapa gunung ini diberi nama Gunung Raung. Gunung yang mengeluarkan suara raungan.