Cerita Misteri: Digoda Penunggu Pemandian Air Panas Cangar

cerita misteri sumber air panas pacet

Berulang kali aku menjelaskan kepada mereka kalau aku benar-benar melihat bayangan putih melintas di depan mobil dan menabrak bayangan putih berambut panjang tersebut. Namun mereka berdua seakan tak percaya dengan apa yang kualami sampai akhirnya kami meneruskan perjalanan dan memasuki Cangar tepat pukul 23.00 WIB.

Pengalaman misteri karena keusilan makhluk halus ini kualami waktu aku serta kedua temanku yakni Wayan dan Sigit berniat untuk berendam di sumber air panas Cangar. Sumber air panas ini terletak sekitar 15 km ke arah utara Kota Batu. Dikelilingi hutan lebat yang ada di Taman Hutan Rakyat Suryo serta letaknya yang diapit oleh Gunung Arjuno maupun Gunung Welirang membuat tempat ini ramai dikunjungi oleh para wisatawan.

Bukan hanya pada siang hari saja namun juga pada malam hari pengunjung masih banyak yang berdatangan dengan maksud untuk berendam dan menyembuhkan penyakit kulit di sumber air panas yang mengandung belerang dan berbagai mineral yang berkhasiat untuk penyembuhan.

Kali ini kami berangkat ke Cangar pada waktu malam hari sambil berbekal minuman keras yang sebetulnya dilarang oleh penjaga kawasan wisata tersebut. Berbagai kejadian aneh kami alami di tengah perjalanan. Kami berangkat di malam hari karena di samping sepi kami juga bisa puas mabuk-mabukan sambil berendam.

Waktu kami berangkat kabut juga mulai turun dengan pekatnya. Memasuki Taman Hutan Rakyat Suryo yang merupakan kawasan konservasi hutan dimana terdapat lokasi sumber air panas Cangar, pemandangan yang tampak di depan hanya kegelapan hutan dan kabut yang menutupi permukaan jalan. Hutan yang lebat di kiri kanan tampak semakin rimbun membentuk bayangan yang menyeramkan, sementara mobil yang kami tumpangi harus merayap dengan pelan karena terhalang kabut.

Mobil yang sedang berjalan kuhentikan dengan mendadak karena serasa menabrak seseorang yang melintas. Kedua temanku tampak kebingungan dengan apa yang terjadi, lalu kami bertiga dengan tergopoh-gopoh turun dari mobil dan memeriksa keadaan. Namun kami tidak menemukan apapun. Yang ada hanya kegelapan disertai kabut yang tebal. Sayup-sayup suara binatang malam terdengar di balik rerimbunan pohon yang tertutup kabut.

Aku bergidik dengan apa yang terjadi, sementara kedua temanku agak bingung dengan apa yang terjadi. Berulang kali aku menjelaskan kepada mereka kalau aku benar-benar melihat sosok bayangan putih melintas di depan mobil dan kami telah menabrak bayangan putih yang berambut panjang tersebut. Namun mereka berdua seakan tak percaya dengan apa yang kualami sampai akhirnya kami meneruskan perjalanan dan memasuki Cangar tepat pukul 23.00 WIB.

"Kamu pasti melamun Bas," ujar Wayan waktu itu merasa heran dengan apa yang terjadi.

Memasuki Cangar kami tidak lupa menenggak minuman keras yang kami bawa, sambil berteriak-teriak karena Suasana Cangar yang begitu sepi dan tidak ada pengunjung. Entah karena sudah mabuk atau karena hawa yang begitu dingin secara tak sadar aku kencing di tempat para pengunjung biasa melakukan ritual.

Lagi enak-enaknya aku kencing tiba-tiba aku merasa kemaluanku panas seperti ada yang menyentil. "Aaauuu!!!!" teriakku mengaduh karena kesakitan.

Namun karena pengaruh minuman keras, aku tidak mengacuhkannya dan tetap bernyanyi-nyanyi. Akhirnya kami bertiga berendam di tempat yang dituju. Aku sengaja memisahkan diri. Entah kenapa semenjak kencing tadi aku merasa alat kelaminku sakit.

Lagi asyiknya aku berendam sambil menahan sakit, tiba-tiba terdengar suara merdu menyapaku dengan hangat, "Sendirian Mas?"

Aku menoleh ke arah empunya suara. Tampak sesosok gadis berkulit putih dan berambut panjang duduk di sebelahku berendam. Gadis cantik itu tampak tersenyum melihatku yang memandang bengong ke arahnya. Aku tergoda oleh kecantikan dan kemontokan gadis yang mengaku bernama Nina itu. Lalu Nina mengajakku main ke perkemahannya yang ada di balik pepohonan. Entah kenapa aku seperti kerbau dicocok hidungnya, mengikuti kemauan cewek tersebut.

Aku yang sudah setengah mabuk kemudian ikut berhenti manakala melihat Nina berhenti di balik pepohonan yang rimbun. "Mau kemana Nin?" tanyaku melihat Nina berjalan ke arah pepohonan.

"Mau pipis, Mas. Masak mau ikut?" Kata Nina sambil tersenyum melihatku.

"Oh mau pipis. Aku juga ikutan nih," sahutku setengah sadar. Tanpa merasa malu aku mengeluarkan "burung" ku karena juga ikut kebelet pipis. Namun spontan aku menjerit-jerit.

"Aduh...! Burungku kok jadi mentimun?!" teriakku sambil memegang alat kelaminku yang tiba-tiba telah berubah bengkak sebesar mentimun. Sementara Nina yang semula di belakang pohon, tiba-tiba keluar sambil tertawa cekikikan. Suaranya seram mirip suara kuntilanak. "Kalau jadi mentimun mending dirujak saja, Mas Bas."

Wajah cantik itu kini berubah menjadi pucat mirip mayat dengan lingkaran hitam di matanya. Sementara kukunya yang panjang dan runcing tampak menggapai-gapai seakan hendak memegang burungku yang sudah berubah sebesar mentimun tersebut. Tubuh itu kemudian tampak melayang kesana kemari tanpa menginjak tanah sambil mengeluarkan jeritan menakutkan. Selanjutnya aku tidak sadar.

Beruntung ada Ki Susmono orang pintar yang dimintai tolong untuk menyembuhkan keadaanku. Menurut penuturan Ki Susmono, aku telah berlaku sembrono di kawasan itu. Disamping mabuk-mabukan, juga bertindak tak sopan dengan mengencingi sesaji. Hal ini membuat penunggu di Cangar marah karena tingkah lakuku. Untung burungku yang berubah membengkak sebesar mentimun tersebut bisa disembuhkan, dengan syarat diborehi bunga tujuh rupa selama 40 hari.

Semenjak kejadian tersebut, aku dan kedua temanku benar-benar merasa kapok dan berjanji tidak mau minum-minuman keras lagi. Kami takut akan mengalami kejadian serupa bahkan mungkin lebih parah lagi. (seperti diceritakan Basori, karyawan sebuah koperasi simpan-pinjam di Malang)