Menjadi Pengantin Bunian karena Asmaul Husna

Menikahi Wanita Bunian karena Mengamalkan Asmaul Husna

Karena sering mengamalkan dzikir Al Asmaul Husna, Ya Hayyu Ya Qoyyum sebanyak 1000 kali setiap malam, Bambang Al Aziz, seorang warga di Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara, mengalami kejadian magis yang tak bisa dilupakannya sepanjang hidupnya.

Namaku Bambang Al Aziz. Aku dilahirkan dari sebuah keluarga sederhana. Penampilanku selalu cuek bebek, balikan jika belum mengenalku secara jauh, aku dikatakan sombong. Tapi tak mengapa, hal itu akan berubah jadi lain, kalau mereka sudah mengenalku secara utuh.

Bukan bermaksud menyombongkan diri, banyak yang menjadikan aku sahabat karibnya. Karena mereka sering meminta saran masalah cinta, rumah tangga atau pun pekerjaan. Dan semua kutanggapi dan kuberi solusi.

Ada banyak pekerjan yang telah kulakoni. Banyak pula pengalaman yang kudapatkan, termasuk dalam hal kebatinan. Walau tak pernah mondok di pesantren, tapi aku sangat suka mengarnalkan wiridan-wiridan yang kuperoleh dari guru-guru pengajian di kampung.

Dari sekian banyak amalan, yang kusuka adalah mengamalkan wirid Asmaul Husna, yaitu Sifat-sifat Allah. Khususnya amalan Ya Hayyu Ya Qoyyum. Pada tahun 2005, aku rutin mengamalkan ini sebanyak 1000 kali setiap malam. Dengan semata-mata hanya mengharap ridha dari Allah SWT.

Tanpa terasa amalan itu, telah kukerjakan selama 100 hari penuh. Dan di hari itu pula-lah aku mengalami kejadian mistis yang sangat menyita perhatianku. Ketika melakukan dzikiran, sesosok perempuan dengan pakaian kebaya selalu mendatangiku dalam mimpi. Itu terjadi berhari-hari, bahkan ketika tidur aku selalu didatanginya.

"Namaku Sri Wardani, aku dari bangsa Bunian, aku sangat menyukaimu wahai lelaki tampan," begitulah kira kira pujian wanita itu padaku dalam mimpi.

Sebagai lelaki normal dan masih muda, aku tak menampik kalau sosok Sri Wardani begitu menggelarakan syahwat. Tubuhnya langsing, tinggi, berkulit putih, betisnya bunting padi, rambut panjang, selalu mengenakan jarik dan memiliki aroma tubuh semerbak, membuat naluri syahwatku menggebu.

Hingga suatu ketika, aku dibawa ke kampung hatamannya di alam bunian. Anehnya, ia mengakui, kalau lokasi kampungnya persis di samping rumahku, di sebuah kolam, itu kalau dilihat dengan mata telanjang.

Namun ketika masuk ke alam mereka, suasana kampung jadi lain. Asri dan nyaman, dan penduduknya sangat ramah. Kemudian aku dikenalkan ke keluarga besarnya. Setelah mengucapkan salam, kami berdua dipersilahan duduk.

"Hei anak muda apakah kamu mau menikah dengan anakku Sri Wardani," Tanya Bapak Sri Wardani setelah berbasa-basi sebentar.

Aku terdiam beberapa saat, menarik nafas dalam dalam. Pikranku menerawang jauh, terbayang olehku sosok istri dan anak-anakku. Melihat aku ragu-ragu, laki-laki itu lantas memberiku waktu. Namun Sri Wardani tampak terpukul.

"Maafkan aku dik, aku belum bisa menerimamu, aku ini masih punya istri," kataku pada Sri Wardani.

"Sudahlah Mas, kalau kamu belum bisa menerima diriku," katanya. Kami mohon diri. Aku tersadar dari tidurku. Sayup-sayup kudengar adzan Subuh dari Masjid Nur Saadah, tak jauhi dari kediamanku.

Usai mandi dan shotat, aku menghubungi Apek, temanku. Dia dikenal sebagai dukun yang memiliki perewangan bernama Mbah Sumo.

"Hehehe, itu artinya dia suka padamu. Terima aja, itung-itung nambah pengalaman hidup," kata Apek setelah aku menceritakan mimpiku.

Aku diam sesaat, merenungi apa yang dikatakan apek. Suatu malam, ketika Sri Wardani datang dalam mimpiku. Tanpa buang waktu, aku pun mengiyakan ajakannya. Lalu, aku diberi syarat untuk menyediakan sebuah kendi, minyak melati, bunga tiga warna, uang 1000 rupiah dan baju baru.

Uang dan baju tersebut, kata Sri Wardani, diberikan kepada orang membutuhkan. Oleh Mbah Sumo, perewangan Apek, kami pun dinikahkan. Aku masih ingat dengan jelas, tahun 2005 saat Jum'at pagi. Acaranya berlangsung lancar tanpa hambatan yang berarti.

Kami melakukan hubungan badan sebagaimana layaknya pengantin baru. Ternyata dia sangat pandai menyenangkan pasangannya. Selain memberikan kepuasan tiada tara dalam urusan ranjang. la juga turut andil dalam membantuku dalam mencari rezeki.

Saat itu, aku sangat gampang memperoleh uang. Bahkan wanita banyak yang tergila-gila padaku, tapi tidak boleh dinikahi. Menurut mereka, wajahku sejuta pesona dan membanggakan bila aku dekat dengan mereka.

Selama menjalani kehidupan berumah tangga dengan wanita bunian, aku pun merasakan hal-hal aneh dalam hidupku. Fisik selalu lemas, mata mengantuk dan ingin tidur terus bawaannya.

Bukan itu saja, walau pun aku tidur siang, Sri Wardani datang dan meminta nafkah batin padaku. Dan yang paling mengganggu adalah, ia juga telah berani meneror istriku lewat mimpi. Katanya, kalau aku ini adalah miliknya seutuhnya, jangan diganggu lagi.

Cekcok pun tak terhindarkan. Ketika melakukan dzikiran, ia pun kerap menampakkan diri di hadapanku. Tentunya kehadirannya mengganggu khusuknya ketika aku berdzikir.

Dan lebih mengganggunya, ia juga secara terang-terangan mengganggu istriku dengan membuat suara-suara seperti macan atau monyet sehingga kehidupan rumah tanggaku pun sudah sangat terganggu.

Semua peristiwa itu, kukatakan pada Mbah Sumo. Aku bermaksud untuk menceraikan Sri Wardani. "Ya tak mengapa, kalau itu yang kau inginkan," katanya.

Singkatnya setelah enam bulan usia pernikahan gaibku dengan wanita bunian itu, aku resmi bercerai. Inilah salah satu pengalamanku dalam mengamalkan keilmuan. Benar kata para guru spiritualku dahulu, jika mengamalkan ilmu semata-mata karena Allah SWT, maka karomahnya akan didapat.