Kisah Horor: Jin Warisan Leluhur

Kisah Horor Nyata Jin Warisan Leluhur

Kali ini kami akan membagikan sebuah kisah horor nyata yang pernah ditulis oleh akun @inTan_T di twitter. Cerita horor ini mengisahkan tentang perjuangan penulis dalam melawan jin warisan leluhur yang ada dalam dirinya. 

Kisah ini kami tulis ulang dengan mengganti beberapa susunan kata dan kalimat tanpa mengubah alur atau jalan cerita. Selamat membaca.

Tak pernah mengenal, tak pernah bersua, tapi terwarisi. Bukan sebuah benda juga bukan harta, tapi sebuah jiwa.

Warisan. Bagi sebagian orang mendapat warisan adalah sesuatu yang menyenangkan. Warisan yang bisa manfaat baik untuk beberapa orang.

Ya, jika warisan itu dapat memberimu rasa yang membahagiakan. Tapi tidak untukku. Aku tidak mengharap, tidak meminta, tetapi diwarisi. Warisan turun temurun. "Jin" itulah warisan yang kudapatkan.

Aku tidak tahu apa itu. Aku tidak tahu dari mana itu. Aku tidak tahu nama dari lelembut itu. Aku juga tidak tahu apa guna warisan itu. Inilah ceritaku. Cerita tak bergambar yang penuh sendu.

Pukul 2 dini hari, aku tiba-tiba terhenyak dari tidurku. Entah kenapa, mungkin karena Allah ingin aku bersujud lebih dalam.

Kubuka mata perlahan, kulihat samar tapi aku yakin. Sesosok perempuan cantik berkebaya indah dan berambut panjang terus mengelus kepalaku.

Buaiannya tak bisa kutolak, aku terlelap lagi dengan sedikit rasa was-was. Aku berbicara dalam hati, aku akan bangun jika 'dia' sudah pergi.

Ah, dia selalu bisa membuatku tergoda. Seharusnya aku berontak, tapi saat itu aku belum memahami. Mungkin hampir setiap malam 'dia' menemaniku dengan senyum manisnya. Seolah memberi kehangatan, namun menggigil karena sentuhannya.

Aku yang tak pernah tahu siapa dia, bahkan namanya tak pernah sedikitpun dia sebutkan walau dalam batinku.

Tahun 2006. Aku berikhtiar menjauhkannya.

Minggu Pagi.

Aku berangkat ke masjid sekolah sesuai instruksi guru bahasa Inggrisku yang sangat islami. Dengan kerudung bermotif tulisan arab gundul milik kakakku yang mondok di salah satu Ponpes, aku melangkah dari gerbang depan sekolah menuju masjid.

Pagi ini terik matahari nampak cerah, memberi senyum pada kami para siswa yang mencari kesembuhan dari gangguan jin.

Sepertinya aku datang sedikit terlambat, seolah semua menungguku untuk memulai Ruqyah ini. Segera setelah aku sampai dan mencari tempat duduk bersama teman-teman perempuan, acara pun segera dimulai.

Kami semua disuruh berbaring. Aku berbaring di samping salah satu temanku beda jurusan yang mendapatkan warisan juga.

Ya, dia memang ingin aku di sampingnya karena kami cukup dekat di ekstrakurikuler silat. Dia sangat khawatir dengan reaksi yang akan dia timbulkan, karena itu dia menggenggam tanganku.

Ruqyah dimulai. Lantunan ayat suci terus bergema. Awalnya aku sangat menikmati, tapi semua berubah saat teman yang menggenggam tanganku melepaskan genggamannya dan berteriak kencang. Mulai dari itu aku ikut tak sadarkan diri.

Entah apa yang kuperbuat. Aku tak mengeluarkan suara apapun, tapi tubuhku terus bergerak menari dan air mataku terus mengalir. Setidaknya itulah yang teman-temanku katakan setelah beberapa waktu berlalu.

Sayang sekali, ikhtiar ini belum bisa membuat warisan ini meluntur. Semakin hari 'dia' semakin menunjukan eksistensinya.

Warisan ini juga mulai meminta imbalannya sedikit demi sedikit. Aku tak pernah meminta dia hadir ataupun membantuku, tapi dia tetap meminta imbalan dariku.

Fisikku mulai melemah, tak lagi sekuat dulu. Aku mulai sering sakit, padahal dulunya aku jarang sekali sakit.

Terkadang dia menunjukan kemarahannya dan berimbas pada wajah atau fisikku. Bila amarahnya memuncak, dia akan membuat sebuah luka yang cukup besar di area wajah.

Tahun 2006, aku masih kelas satu STM. Saat itu aku belum mengalami puber, tapi wajahku sering timbul jerawat di tengah kening, diantara 2 alis.

Timbulnya akan langsung banyak dan tiba-tiba melepuh meskipun tidak pernah kupegang. Lukanya seakan menjadi parah dalam sehari atau dua hari. Tapi dalam sesaat luka itu akan bersih tanpa bekas sama sekali.

Ini terjadi berulang kali. Bahkan kadang muncul luka seperti tersulut api di bagian pelipis samping mata yang berbentuk bulat, cukup besar, dan bernanah tanpa kuketahui sebabnya.

Tapi lagi-lagi dalam sekejap luka itu akan kering dan hilang tanpa bekas sama sekali. Padahal umumnya luka-luka seperti itu akan cukup berbekas dan tampak.

Aku selalu diperingatkan oleh pelatih silatku untuk mengendalikannya agar dia tidak semakin menyakiti. Bahkan dia juga membuatku kewalahan dan merasa bersalah pada beberapa orang.

Dia akan marah jika aku merasa sedikit sakit hati, walaupun itu hanya perasaan yang kupendam. Aku bukan orang yang mudah marah atau dendam, tapi lain dengan jin warisan ini. Bila hatiku merasa tersakiti, dia akan menyerang fisik dan batin orang yang menyakitiku. Padahal sungguh aku tidak menginginkan itu.

Pernah waktu itu salah satu teman yang cukup dekat denganku justru mengkhianatiku dan berbuat tidak baik di belakangku. Aku memang merasa sedih dengan sikapnya, tapi aku tak pernah dendam atau marah.

Tapi 'dia' langsung melukainya tanpa sepengetahuanku. Temanku mengeluh sakit di bagian dadanya pada pelatih silatku. Tapi pelatih silatku tak mengatakan apa sebabnya pada temanku.

Justru pelatih mengatakannya padaku, jika yang membuat dada temanku sakit adalah jin dalam diriku.

Aku sungguh tak tahu. Aku merasa sangat bersalah karena jin itu bertindak atas kehendaknya sendiri. Pelatihku hanya berpesan agar aku memaafkan sikap temanku itu. Ya, karena pelatih tahu pasti bagaimana sikap temanku itu padaku.

Aku katakan kalau aku sudah memaafkannya sepenuh hati. Aku juga tetap bersikap baik padanya. Walau sebaliknya, temanku itu jahat padaku.

Sejak saat itu aku tak pernah memendam rasa sakit hatiku. Aku akan langsung bersujud memohon ampun pada Allah selesai sholat lima waktu. Jin Warisan. Dia memberi kelebihan lain yang kusebut kekurangan yang melelahkan.

'Dia' memberi satu penglihatan lain. Yang tanpa aku sadari telah membujukku dengan penglihatan semu.

Hari ini, tak seperti biasanya aku sampai di sekolah lebih awal. Tak lain karena aku tidak ingin ketinggalan bus, jadi bisa mengurangi bau tak sedap dari keringat saat dihukum berlari mengelilingi Simpang lima Semarang seperti hari-hari biasanya saat ditinggal bus tercinta.

Aku juga masih punya waktu senggang untuk berjalan santai menuju kelas, menyapa para guru dan sedikit menggodanya.

Sampai di kelas, segera aku meletakan tas di bangku dan keluar lagi menuju ruang Tata usaha untuk mengisi tinta spidol papan tulis, mampir ke toilet, juga mampir ke kantin.

Di depan toilet wanita, kutemui beberapa teman beda jurusan yang berganti pakaian olahraga dan beberapa teman yang ribut-ribut karena hp-nya hilang saat naik bus.

Aku hanya mendengar sedikit, tapi tiba-tiba aku diberi gambaran semua tentang kejadian sampai hp temanku itu hilang. Dan entah kenapa aku langsung mengutarakan apa yang terlihat dalam pikiranku pada teman yang kehilangan hp.

Kukatakan bagaimana seseorang yang duduk tepat di sebelahnya saat berada dalam bus membawa hp-nya. Aku menjabarkan ciri-ciri orangnya, dan temanku membenarkan ciri-ciri yang kusebutkan.

Dia keheranan dengan apa yg kusebutkan karena aku tidak ada di tempat kejadian sebelumnya. Maklum, arah rumah kami berlawanan.

Aku hanya mengatakan, "Entah". Aku juga tidak tahu bagaimana bisa. Aku kembali ke kelas dengan pikiran yang penuh tanda tanya. Bisakah begini? Bagaimana bisa?

Ya, saat itu pemahamanku tentang jin yang suka mencuri kabar memang masih kurang. Karena baru kelas satu STM inilah dia mulai benar-benar menetapkan pilihannya untuk memberiku warisan. Menunggu waktu yang tepat sampai aku benar-benar dewasa.

Jangan sebut ini kelebihan, karena dia juga memberi ketakutannya padamu. Jangan membanggakannya, karena dia juga mengambil hal lain yang menurutnya cocok sebagai imbalannya.

Dia akan merampas yang sebagian kebahagian dalam hidupmu. Begitu juga denganku. Setiap dia memberi satu hal, maka dia juga akan mengambil satu hal lain dalam hidupmu.

Kesehatan. Itulah hal lain dalam hidupku yang sedikit demi sedikit dia ambil. Semakin hari kesehatanku semakin memburuk. Hampir setiap hari dadaku terasa sesak hingga membuat repot seluruh teman dikelasku.

Dan tidak mengenal waktu, kapanpun bisa sesak tak tertahankan tanpa sebab yang pasti. Lingkar mataku sering menghitam tanpa sebab. Padahal aku tidak begadang dan juga tidak melakukan hal berat.

Bila sudah seperti itu, mukaku akan pucat seperti sakit parah dengan lingkar mata yang hitam seperti zombie. Padahal aku tidak merasakan hal aneh dalam tubuhku.

'Dia' juga memberi ketakutan lain di setiap mimpimu. Seolah memberi kabar sebelum terjadi. Dan itu membuat rasa khawatir yang berlebihan pada diriku saat itu.

Kamu juga akan diberi mimpi yang menyeramkan, meneror tidurmu. Mengambil nyenyak setiap tidurmu. Bisa membuatmu takut terlelap. Menghantui setiap aktivitas mu, apalagi malam hari.

Kamu akan dipaksa bangun dan diperlihatkan mahluk lain yang terkadang begitu menyeramkan. Membuat tubuhmu tak bisa digerakkan karena rasa takut.

Pernahkan kamu saat akan tidur, didatangi tuyul? Sesosok tuyul yang mengerikan, terus menggodamu dengan wajah buruknya. Berlarian di samping tempat tidurmu dan sesekali menggelitik telapak kakimu. Dia terus menggodamu, jika kau tertidur maka jiwamu akan ikut bermain di alamnya.

Jin warisan leluhur menjadi magnet yang kuat untuk menarik jin-jin lain yang ada di sekitarmu dan ikut bersemayam dalam tubuhmu dengan alasan kenyamanan.

Jangan pernah tergoda menambah jin lain dalam dirimu. Maka tubuhmu akan terkendalikan dan seakan melayang.

Tahun 2007. Kelas 2 STM.

Aku merasa melakukan kesalahan besar karena pemahamanku yang kurang tentang dunia jin. Aku melakukan sesuatu yang disarankan seseorang untuk puasa mutih, katanya agar aku bisa mengendalikannya dan memanfaatkannya untuk hal yang baik.

Aku puasa mutih selama 3 hari, tapi setelahnya aku menyesal. Ternyata karena hal itu kepekaanku semakin tak terkendali. Jin-jin lain semakin bisa menyakiti fisikku walau tak terlihat dari mata orang biasa.

Beberapa jin juga tertarik ikut denganku. Aku sudah berusaha menolak sekuat tenaga, tapi energiku sering terkuras dari banyaknya jin yang ikut.

Mungkin sekitar 5 dan masih ada yang ingin ikut lagi tapi aku terus menolak. Karena hal itu, tubuhku semakin melemah. Mereka mengambil energiku sehingga aku semakin sering sakit. Berat badanku makin hari semakin berkurang.

Mereka semakin sering menyakiti fisikku. Mengikuti kemanapun aku pergi. Menerorku di semua aktifitasku. Sungguh melelahkan dan menakutkan, kadang.

Perasaan was-was selalu kurasakan. Beberapa kali aku seperti akan kerasukan. Tapi Alhamdulillah, aku masih bisa mengendalikannya walau menghabiskan semua energi dalam tubuh.

Yang masih kusyukuri, aku bukan tipe orang yang sering tergoda jin lain hingga mengakibatkan kesurupan. Aku masih bisa mengendalikan dan berusaha menjauh dari teman-teman yang kerasukan. Itu juga dibantu dengan teman-temanku lain yang perhatian.

Pernah satu ketika aku berdiri di bawah pohon besar dekat lapangan tenis. Aku diganggu penunggu pohon itu, sesosok kakek tua menyukai jin yang telah ada dalam diriku.

Tubuhku bergetar hebat. Karena penolakan dariku dan dari jin warisan yang ada dalam diriku, tubuhku terasa sangat berat. Bahkan disentuh satu jari saja oleh temanku terasa seperti ditekan kencang.

Aku terus mengendalikannya dengan banyak istigfar. Aku juga masih sadar sepenuhnya walaupun tubuhku menggigil dan bergetar hebat.

Aku masih sadar dan mengenali semua teman yang berusaha menenangkanku. Akhirnya aku bisa mengusir sosok kakek tua itu dengan sekuat tenaga.

Jin Warisan. 'Dia' juga bisa membawamu ke alam lain bersama-sama dengan 'mereka' yang lain. Kamu juga bisa terbenam seluruhnya jika energi jin dalam dirimu tidak lebih kuat.

Berhati-hatilah. Jangan terbujuk rayu pergi ke alam mereka. Bila tak beruntung, kamu tak akan bisa kembali. Begitu pula denganku. Aku hampir tidak bisa kembali.

Namun aku masih diberi keselamatan dan dibantu kembali oleh seseorang yang sampai sekarang tetap kuhormati walau tak lagi berjumpa.

'Dia' membuat rasa trauma yang mendalam. Bahkan pada hal-hal kecil yang menurut orang lain itu ketakutan yang tak masuk akal. Tapi akan sulit untuk menjelaskan apa sebabnya. Tak semua orang percaya dengan cerita gaib. 

Jin Warisan. Tidak hanya berfokus pada dirimu yang diwarisi, tapi juga bisa mengganggu orang-orang terdekatmu. Mengambil kebahagiaan mereka, mengambil kesehatan mereka, memberi rasa curiga, memberi rasa takut yang berlebih.

Tak luput dengan orang-orang terdekatku. Saat dia menjadi magnet untuk jin lain, mereka akan berusaha menggangguku. Jika tidak bisa, maka mereka akan beralih ke orang terdekatmu.

Itu membuatmu lebih bersedih dan semakin merasa jatuh. Dan jika jin warisan ini tak menyukai sikapmu atau orang terdekatmu, 'dia' juga akan menyakiti fisik mereka.

Jangan lengah dengan semua tipu dayanya. Suatu saat akan kuceritakan bagaimana jin bisa membuat kesedihan yang mendalam di hidupku melalui orang-orang terdekat.

Jin warisan leluhur ini. Awalnya kukira diturunkan langsung dari ayahku, tapi ternyata aku salah. Ayahku tidak menuruni jin ini secara langsung dari kakekku atau leluhurnya.

Ayahku hanya mengikuti ritual ilmu ajaran leluhur. Dan yang lebih mengejutkanku, ilmu ayahku telah lama hilang sebelum aku lahir. Yakni semenjak masa kecil kakak keduaku.

Ibu mengatakannya padaku, mungkin 2 minggu yang lalu. Ibu berkata kalau ilmu ayah hilang karena melanggar pantangan saat kakak keduaku masih kecil.

Jadi ayahku tidak menurunkan jin itu padaku. Jin itu diwariskan langsung dari leluhur keluarga ayahku.

Sayangnya aku bahkan tidak mengetahui siapa saja leluhurku. Kakek dari ayahku pun sudah lama meninggal sejak kakak pertamaku lahir.

Aku agak kesulitan menghilangkannya, karena tidak tahu diriku sudah masuk keturunan keberapa. Tapi aku sangat yakin dia bisa hilang. Karena aku tidak ingin menurunkannya ke anak cucuku juga.

Jadi warisan ini diturunkan padaku langsung dari leluhur yang tak pernah kuketahui wajahnya, silsilahnya, bahkan namanya juga aku tidak tahu. Hanya beberapa makam tua yang selalu ditunjukan kepadaku saat ayah masih hidup.

Sampai sekarang, aku sudah berusaha ruqyah berkali-kali. Berusaha lebih taat dan belajar ilmu agama lebih mendalam.

Walaupun 'dia' tetap menempel dalam diriku. Tapi aku tak ingin terhasut ke hal yang tidak baik. Aku ingin sembuh.

Cerita "Jin Warisan" ini aku akhiri. Bila ada sesuatu yang lain yang kuingat akan aku ceritakan dalam kesempatan berikutnya.

Bila kalian ada yang sama denganku, mari berjalan bersama dalam kebaikan. Pesanku:

  • Jangan berusaha mengulik yang tidak kamu ketahui tentng jin leluhur, jika kamu penasaran cukup cari tahu, kemudian tinggalkan.
  • Jangan berusaha memperdalam ilmu gaib dari leluhur karena akibatnya bisa sangat menyakitkan.
  • Jangan bergantung pada jin leluhur yang bisa menyesatkanmu di kemudian hari.

Jika kamu mengalami masalah yang sama denganku, saranku:

  • Mintalah pertolongan pada Allah dengan cara yang syar'i agar tidak semakin terjerumus dengan jin warisan leluhur ini.
  • Perdalam ilmu agamamu jika kau merasa terhasut pada hal yang buruk.
  • Perkuat ibadahmu.

Sekian.