Pengalaman Horor Pendaki Gunung Gede

mistis gunung gede via putri

Pada kesempatan kali ini kami akan membagikan kisah mistis di Gunung Gede yang sempat viral. Pengalaman horor ini diceritakan oleh seorang pendaki bernama Asyria Putri saat mendaki Gunung Gede bersama teman-temannya.

Cerita misteri kali ini memang sengaja kami tuliskan setelah tulisan kami sebelumnya, Misteri Gunung Gede Pangrango. Melihat respon pembaca yang sangat tertarik mengenai berbagai kisah mistis pendakian gunung, maka kami sengaja menuliskan cerita ini.

Cerita "Pengalaman Horor Pendaki Gunung Gede" merupakan kisah nyata. Kami hanya menuliskan ulang dengan mengubah beberapa susunan kata dan kalimat tanpa mengubah esensi atau jalan cerita. Selamat membaca.

Halo nama gue @nellria_putri, gue mau cerita tentang pengalaman gue saat mendaki Gunung Gede via Putri. Jadi ceritanya begini, gue kan ikut sama temen gue ke gunung Gede. Waktu itu kebetulan hari libur nasional, jadi temen-temen gue ngadain pendakian ke Gunung Gede.

Kebetulan gue sudah lama banget nggak nanjak, jadi gue putuskan untuk ikut. Pada waktu itu yang ikut juga lumayan banyak. Gue berangkat malem dari Cibinong dijemput oleh temen-temen gue dari Bekasi. Sesampainya mereka di Cibinong, kami langsung berangkat.

Dan singkat cerita setelah sampai di basecamp waktu Subuh, kami langsung bersiap untuk naik. Saat itu Gunung Gede sudah berasa kayak Gunung Prau karena padat banget sama ribuan pendaki. Kalau nggak salah hari itu ada sekitar 2.000 orang yang naik ke Gunung Gede. Itu sudah termasuk pendaki-pendaki ilegal (jangan dicontoh ya temen-temen), dan semua itu di luar dari apa yang gue bayangkan.

Gue pikir bakalan rame tapi nggak nggak mengira bakal serame ini. Ternyata ramainya lebih dari mall, berasa di Pasar Tanah Abang. Hehe...

Gue naik via Putri dan mulai start jam 7 pagi. Perjalanan pun dimulai, dan pada saat naik gue nggak merasa atau memikirkan apa-apa karena sudah gagal fokus sama pendaki yang banyaknya luar biasa hari itu.

Gue berhenti di dekat pos 4 untuk istirahat sebentar sambil menunggu track agar lebih renggang sedikit. Kami memasang hammock sambil ngopi dan makan mie instan.

Ooh iya... Gue waktu itu naik sekitar 30 orang karena beberapa orang dari komunitas lain ikut gabung, dan kami dibagi jadi 2 tim. Gue berada di tim 1 dan beberapa temen sebagian ada di tim 2. Setelah 1 jam istirahat, gue dan yang lain pun melanjutkan perjalanan. Gue sampai di Surya Kencana saat Maghrib dan posisinya hujan pula.

Beberapa orang dari tim 1 dan 2 sudah ada yang sampai duluan di Surya Kencana untuk mendirikan tenda. Jadi pas gue sampai di sana gue bisa langsung masuk tenda untuk bersih-bersih dan ganti baju. Sehabis bersih-bersih, gue pun memutuskan untuk beristirahat.

Sekitar jam 9 gue kebangun dan langsung keluar tenda untuk bantu temen gue yang lagi masak untuk yang lain. Setelah masak, gue pun bagiin makanan untuk yang lainnya. Setelah perut kenyang, gue memutuskan untuk bobo cantik lagi. Hehe...

Hari pun berganti...

Matahari sudah mulai terbit. Gue dan beberapa temen yang lain lanjut buat summit. Meskipun kesiangan, kami tetap semangat. Akhirnya kami pun sampai di puncak, tapi sayang cuaca lagi nggak mendukung, kabut pun turun.

Huufff... Sedih sih karena nggak bisa lihat view Gunung Pangrango yang katanya keren banget. Tapi nggak apa-apa lah, berarti gue masih punya PR ke Gunung Gede...

Setelah istirahat dan ngopi-ngopi di puncak, kami memutuskan balik lagi ke tenda. Di tenda, gue bantu-bantu untuk memasak. Setelah semua selesai, kami mengobrol sambil selfie ria. hehe..

Hari sudah mulai siang saat kami memutuskan untuk turun sebelum sore. Kami turun dari Surya Kencana jam 13.30. Beberapa pos sudah kami lewati dan gue pun nggak merasa ada yang ganjal saat itu.

Gue merasa fun aja. Saat mau sampai pos 3, gue lihat beberapa temen gue di track lagi bantuin seorang cewek. Gue pun langsung cari tahu dan nanya ke temen-temen, "Dia kenapa?"

Dia menjawab dengan nada yang sangat khawatir,
"Ini ada cewek lututnya keseleo"
"Ya ampun kasihan banget. Temennya pada kemana memang?"
"Dia bilang bareng sama temen-temennya 11 orang. Tapi yang 8 orang sudah jalan duluan, jadi dia sisa bertiga sama 2 temen cowoknya."

Posisinya mereka yang ketinggalan nggak bawa tandu ataupun P3K. Akhirnya temen-temen gue memutuskan buat bantu cewek itu ke basecamp supaya bisa langsung ditangani.

Beberapa temen gue juga ada yang langsung menghubungi ranger untuk minta bantuan, tapi ternyata peralatan untuk bikin tandu yang dibawa sama tim sudah dibawa duluan sama temen gue di tim 2. Ada yang punya saran gimana kalau cewek ini digendong aja biar cepet sampai bawah.

Karena posisi kita juga nggak ada waktu untuk bikin tandu darurat karena sudah sore, gue disuruh turun duluan supaya bisa lebih cepet sampai bawah. Sampai pos 3 gue minta istirahat lagi, gue merasa sudah capek banget. Temen-temen gue yang tadi bantu cewek itu juga sampai di pos 3 sambil gendong si cewek dan kami istirahat bareng.

Saat kami memutuskan untuk lanjut jalan, tiba-tiba cuaca berubah mendung dan hujan turun. Gue dan temen-temen memutuskan bikin tenda darurat pakai flysheet di bawah track pos 3.

Hujan turun semakin deras. Cewek yang cedera itu sudah mulai pucat, kami sebisa mungkin mengajak dia ngobrol supaya tetap sadar. Temannya yang berdua itu sudah nggak bisa apa-apa, mereka cuma bisa ngeliatin temennya sambil panik.

Suasananya mulai berubah dari yang tadinya biasa saja jadi terasa mencekam karena hari mulai gelap. Hujan yang semakin deras disertai petir dan kilat membuat gue semakin takut. Untungnya gue bareng temen-temen jadi nggak takut-takut banget. Temen-temen gue yang gokil selalu ngajak gue ngobrol sambil bercanda. Agak terhibur sedikit sih meskipun masih tetap takut sama suasananya pada saat itu.

Beberapa menit kemudian si cewek itu nggak sadarkan diri dan badannya lemas. Sudah gitu suhu badannya jadi dingin banget. Semua panik dan berusaha bangunin cewek itu, tapi dia tetap nggak bangun. Pas temannya berusaha buat nyadarin dia sambil memanggil dan menepuk-nepuk pipinya, tiba-tiba dia sadar. Alhamdulillah, rasa panik mulai hilang sedikit...

Temennya langsung ajak ngobrol dia, "Vin.. Vina.. Lu sudah sadar kan? Eeh, liat gue. Lu harus kuat sedikit lagi kita pulang, ok? Jangan merem yaa"

Tanpa jawaban sepatah kata dia cuma menatap temennya dengan tubuh yang masih sangat lemas. Temen gue berinisiatif untuk membuatkan teh anget dan dia pun minum sambil diajak ngobrol. Tapi tatapan matanya mulai aneh, dan di situ gue tambah panik.

Saat hujan deras dan petir menggelegar, kami semua lagi baca-baca doa saat si Vina tiba-tiba mengeluarkan suara-suara aneh dan lirikan matanya membuat kami semua merinding. Ternyata dia kesurupan...!

Gue yang duduk berdampingan dengannya mulai merinding. Sumpah gue rasanya mau kabur tapi temen gue bilang supaya tenang dulu jangan panik, baca doa aja jangan sampai bengong. Dan saat itu mereka bantu si Vina biar sadar lagi.

Gue sudah nggak mikir apa-apa selain berdoa dan baca ayat kursi sebanyak-banyaknya. Untungnya ada temen gue yang mengerti tentang hal-hal kayak gitu. Si Vina mulai sadar dan gue langsung ajak dia ngobrol supaya nggak ketempelan lagi. Sambil menunggu hujan deras berhenti, gue bercanda- sama dia dan temen-temen. Hitung-hitung sambil ilangin rasa parno. Hehe...

Di tengah-tengah bercandaan gue, temen gue bernama Dinda yang duduk di samping gue tiba-tiba muntah. Gue kesal banget sama situasi saat itu, rasanya gue beneran mau buru-buru sampai bawah aja. Jujur gue orangnya penakut banget, apalagi sama hal-hal yang berbau mistis gitu.

Si Dinda semakin parah muntah-muntahnya, sudah gitu dia sambil nangis kejer. Ternyata dia kesurupan juga. Semua panik. Temen-temen gue bantu ngeluarin yang ada di tubuhnya si Dinda itu.

Akhirnya keluar juga tuh makhluk yang ada di dalam tubuh Dinda. Kayaknya sih yang masuk itu mbak kunti, soalnya dia nangis terus sambil senyum-senyum. Setelah mbak kunti keluar, situasi mulai membaik tapi hujan belum reda. Hari semakin gelap dan sunyi, dan suara sahut-sahutan binatang hutan mulai ramai.

Si Vina yang kakinya cedera itu tiba-tiba ketawa-ketiwi. Sumpah rasanya gue mau kabur dari situ tapi nggak bisa karena posisi gue duduk dihimpit sama 2 cewek itu.

Di bawah tenda darurat itu kami ber-17 sudah termasuk temennya Vina dan 2 pendaki lain dari Jakarta yang ikut bantuin Vina juga. Semua panik karena si kuntilanak itu masuk lagi ke badannya. Ya Allah, gue rasanya mau nangis karena takut.

Ketika temen gue dan 1 orang Jakarta yang bantu keluarin mbak kunti dari Vina, tiba-tiba Dinda nangis kejer lagi. Mereka kesurupan bareng. Gue yang di tengah-tengah mereka cuma bisa bingung nggak jelas.

Si Vina hampir hopitermia karena jaketnya basah sama keringatnya sendiri. Akhirnya dia digantiin jaket sama temen gue. Lama-kelamaan mereka berdua sudah mulai sadar. Dinda nangis-nangis minta pulang dengan raut ketakutan. Gue dan yang lain coba menenangkan dia biar nggak panik.

"Iya. Jangan nangis, Din. Kalau hujan reda, kita pulang kok. Tenang, yaa.. Jangan panik, baca doa aja Din..."

Tiba-tiba ranger lewat di depan kami. Mereka malah mengomel kami karena bikin tenda darurat di pinggir track. Sempat kesel sih sama ranger itu, padahal kami sudah bilang kalau terpaksa bikin tenda darurat karena ada yang cedera. Tapi si ranger nggak menghiraukan kami dan malah lanjut jalan ke atas.

Akhirnya hujan mulai reda. Beberapa temen gue berangkat duluan sama Vina ke basecamp supaya cepat sampai karena kondisinya sudah parah banget. Dan setelah hujan berhenti, gue dan yang lain mulai jalan lagi. Sebelum sampai pos 2, temen gue yang di depan tiba-tiba teriak, "Astaghfirullah hal adzim...!!!"

Kontan semua langsung panik,
"Kenapa?? Kenapa?!"
"Ini bang, ada yang buang sampah di track. Mana banyak banget lagi."
"Ya Allah parah banget sih."
"Terus gimana nih bang?"
"Ya sudah nanti bilang sama penjaga di bawah saja, soalnya kita nggak mungkin bawa sampah itu. Bawaan sampah kita sudah banyak banget dan kondisi sekarang juga lagi nggak memungkinkan."
"Ok, bang"
"Ya sudah semuanya lanjut jalan dan fokus sama track yaa... Jangan bengong dan kalau ada apa-apa bilang, jangan diam aja. Ok?"

Kami pun lanjut jalan. Selang beberapa menit, gue yang berada di posisi tengah tiba-tiba nengok ke kanan track.

Gue teriak lagi,
"Ya Allah...!!!"
"Kenapa lagi?"
"Ini ada sampah lagi bang mana gede banget ditaruh di samping pohon"
"Sudah lanjut jalan aja fokus sama jalanan"

Tapi gue sangat penasaran sama sampah di bawah pohon itu. Kebetulan gue nggak bawa headlamp jadi gue disenterin sama temen gue yang belakang.

Temen gue yang di belakang langsung bilang ke gue,
"Sudah. Lanjut jalan, biarin aja dah"
"Tapi bang itu sampahnya..."
"Sudah biarin aja"
"Coba bang senter dulu deh sampahnya"
"Nggak usah. Lanjut jalan aja"
"Iihhh, bang! Senterin sebentar kenapa?"
"Nih anak tambeng yaa.."

Pas disenter sama temen gue,
"Tuh lihat, nggak ada apa-apa kan?"
"Terus yang tadi itu apa bang?"
"Tikus hutan kali yang kamu lihat"
"Masa sih bang?"
"lya, kagak percayaan amat lu sama gue"
"Ooh iya bang"

Sumpah gue merinding. Gue langsung diem di situ. Ternyata sampah gede yang tadi gue liat tiba-tiba nggak ada.
"Sudah, ayo jalan. Fokus sama jalan aja"
"Ok bang"

Gue bertanya-tanya dalam hati, itu tadi apaan ya? Tapi gue positive thinking, mungkin tadi itu cuma tikus hutan. Tapi kok gede banget yak? Aah.. Bodo amat! Yang penting gue nggak ganggu.

Tiba-tiba jari kaki gue kram mendadak. Sumpah sakit banget...!
"Aduhh... Bang, kaki gue kram, sakit banget!"
"Serius? Masih kuat jalan nggak?"
"Insya Allah, masih kuat bang"
"Ya sudah, sabar ya sedikit lagi kita sampai pos 2"
"Iya bang"
Gue tahan-tahan rasa sakit di kaki gue yang kram itu.

Akhirnya kami pun sampai di pos 2 dan memutuskan istirahat sejenak untuk membuat kopi dan susu supaya badan hangat. Ternyata disana ada temen-temen gue yang tadi nganter Vina ke bawah. Kami pun kaget.

"Lah kok kamu di sini sih? Terus Vina kemana?"
"Tadi gue ketemu ranger yang sebelumnya ke atas. Dia turun lagi terus tanya dia kenapa. Gue bilang kakinya keseleo. Akhirnya dibawa dia ke bawah"
"Jadi Vina sama 2 temannya ikut ranger ke bawah duluan. Gue sama yang lain nunggu kalian di sini."

Kami pun kumpul bareng-bareng lagi di pos 2. Saat yang lain ganti baju dan bikin minuman, gue buka sepatu untuk meluruskan kaki di bangku pos 2. Temen gue nyamperin dan tanya, mana yang sakit. Setelah itu gue diurut.

Saat gue lagi merasakan kaki yang masih kram, tiba-tiba Dinda minta dianterin pipis.
"Kak, anterin pipis yuk"
"Yaah Din... Kaki gue masih kram. Minta temenin yang lain aja"
"Aah nggak mau. Sama kakak aja"
"Sumpah kaki gue masih sakit, Din. Minta anter pok Purwa aja yak?"
"Ya sudah deh kak"
"Pok, Dinda mau pipis katanya"
"Yuk sini gue anterin"
"Dimana pok?"
"Tuh, di belakang si Putri aja"
"Ya sudah, tutupin ya Pok"
"Iya, iya..."

Setelah Dinda pipis di belakang gue, dia balik ke bangkunya lagi. Pas dia baru duduk tiba-tiba dari belakang gue kayak ada yang lempar gue pakai bola basket. Sumpah gue langsung sesak di situ.

Temen-temen gue langsung pada panik semua.
"Kamu kenapa Put?"
"Dada gue sesak nggak bisa nafas"
"Eeh guys ini si Putri kenapa?"
"Eeh lu kenapa Put?"
"Put lu kenapa?
"Wey Put lu kenapa? Eeh liat gue Put! Sadar!"

Disitu gue lemes dan badan gue berasa kaya kecil banget diantara temen-temen gue di situ. Rasanya mereka semua jadi gede banget. Gue cuma bisa dengar suara mereka kayak bergema gitu. Anjir gue nggak ngerti itu kenapa.

Tiba-tiba gue kayak pingsan sesaat. Gue nggak ingat apa-apa. Kata temen gue, gue disitu teriak kenceng banget sampai bikin sakit kuping dan nangis-nangis nggak jelas. Sontak bikin temen-temen gue panik semua.

Akhirnya temen gue bantuin dan gue langsung sadar lagi. Saat gue sadar, gue langsung peluk siapa aja yang ada di depan karena gue merasa takut banget saat itu. Gue cuma bisa nangis dan minta pulang saat itu juga.

Sumpah di situ gue nggak tahu perasaan gue gimana. Pokoknya campur aduk dan nggak bisa dijelaskan pakai kata-kata. Intinya gue mau cepat-cepat pergi dari situ. Temen gue coba menenangkan, dia bilang ini memang mau pulang. Mereka lagi beres-beres buat turun lagi. Gue pun duduk sambil dirangkul sama temen gue.

Saat semuanya lagi beres-beres dan beberapa orang ada yang bikin minum buat di jalan, tiba-tiba ada suara kenceng kayak batu gede jatuh gitu di pos 2. Semuanya pada goyang kayak gempa bumi, tapi itu nggak lama cuma beberapa detik. Semua langsung terdiam.

Gue langsung bengong sambil panik dan gue tanya sama temen gue,
"Bang itu barusan apa?"
"Ooh.. Bukan apa-apa. Itu cuma pergeseran batu sama tanah kok"
"Tapi kok kenceng banget sih"
"Iya kan batunya gede. Sudah lupain aja. Nih, mending minum susu dulu"
"Iya bang"

Saat gue baru mau minum, temen di samping gue kejang-kejang dan matanya ke atas. Gue langsung nangis ketakutan. Temen gue langsung tanganin dia. Ternyata dia kena gejala hipotermia.

Semua panik bukain bajunya dan pelukin temen gue itu rame-rame. Tiba-tiba temen gue itu melotot gitu. Aduh, ini bukan gejala hipotermia biasa, ternyata dia juga kesurupan! Lengkap sudah...

Semua baca-baca doa dan bantuin dia supaya cepet sadar. Temen gue yang mengerti tentang kayak gitu langsung ambil air panas untuk menyiram badannya. Ada yang tanya, kok malah disiram sih? Dijawab sama dia, sudah tenang aja ini ada yang iseng.

Ternyata yang masuk ke tubuh temen gue itu takut sama air panas. Setelah makhluknya keluar, dia tersadar dan gejala hipotermianya mulai hilang. Dia pun digantiin baju sama temen-temen gue.

Pas kami lagi beres-beres untuk turun secepat mungkin, ada rombongan lain datang dan gendong seorang cewek juga. Ternyata cewek itu kakinya cedera sama kayak Vina. Kami mengobrol sedikit sama mereka sebelum turun.

Gue nengok ke belakang. Di tempat yang tadi di pipisin sama Dinda ternyata ada pohon besar. Gue langsung nunduk dan nggak mau liat ke arah sana.

Pas kami mau balik, gue nggak sengaja nengok ke belakang lagi. Ada salah satu abang-abang dari rombongan yang baru datang duduk di tempat bekas si Dinda pipis. Gue melihat di samping dia ada yang jongkok juga, tapi wajahnya aneh dan dia nggak pakai baju gitu.

Gue langsung cubit temen di samping gue dan minta cepat pergi dari pos 2. Kami pun turun dengan peralatan seadanya karena senter yang menyala hanya 4 sedangkan kami berjumlah 11 orang.

Dari pos 2, track menuju ke bawah sudah ketutup dan licin banget karena tadi disiram hujan yang deras. Gue nggak mau lihat kanan-kiri. Gue fokus sama pijakan kaki karena takut banget. Di sepanjang track ke bawah, gue beberapa kali lihat sosok yang nggak pernah gue lihat sebelumnya. Rasanya banyak banget yang melihat gue di balik pepohonan sana.

Saat hampir sampai pos 1, temen gue yang di depan berhenti karena kami salah jalan. Ada pendaki lain yang teriak di ujung menyuruh belok kanan, jangan ke kiri karena itu jalur ke jurang. Gue terdiam dan takut banget.

Temen gue bilang ayo putar balik pelan-pelan dan fokus sama jalanan. Akhirnya kami sudah melewati pos 1 dan ada temen yang sudah menyiapkan tukang ojek buat gue dan Dinda. Gue sama Dinda terpaksa dievakuasi pakai ojek karena situasi yang tidak memungkinkan untuk berjalan ke basecamp.

Akhirnya sampailah gue dan Dinda di basecamp. Semua temen-temen yang dari sore sudah sampai disana sangat khawatir karena kami terjebak hujan di atas. Mereka langsung angkat gue dari ojek lalu memeluk kami. Gue masih syok berat, begitu juga Dinda. Gue ditanya nggak bisa jawab apa-apa cuma bisa bengong.

Gue dan Dinda akhirnya bisa istirahat, tapi gue agak di jauhin dari Dinda sama beberapa temen. Gue nggak ngerti kenapa. Lalu ada salah satu temen gue yang pas lihat Dinda, dia bilang ke temen yang lagi duduk di samping gue. Ternyata Dinda di badannya masih ada yang ngikutin. Pantesan aja wajahnya Dinda pucat.

Pas gue sudah mulai tenang dan kami bisa mengobrol, temen gue tadi bilang kalau Dinda lagi PMS. Dari tadi di atas sebelum kami ketemu Vina yang cedera, dia lihat Vina sudah diikutin sama penunggu disitu. Sumpah gue merinding dengernya.

Tapi alhamdulillah semua sudah kelar dan nggak ada lagi yang gangguin Dinda ataupun temen-temen gue lainnya. Semua temen gue yang tadi bareng-bareng di pos 2 sudah sampai dan berkumpul di basecamp. Kami semua bersiap untuk pulang.

Yang bikin gue kaget, ternyata gue pas sampai di basecamp sudah jam 11 malam. Ternyata gue terjebak hujan di atas lumayan lama juga yaaa... Sumpah itu perjalanan turun yang paling menegangkan, sedih, takut, sampai nggak bisa gue ungkapkan dengan kata-kata...

Kami nggak ketemu lagi sama Vina pas di basecamp karena gue nggak tahu dia di basecamp mana atau dia sudah dibawa pulang apa belum. Semoga mereka bertiga baik-baik saja.

Pada akhirnya kami semua sampai di rumah dengan selamat. Alhamdulillah, Allah SWT masih mengizinkan kami pulang dengan selamat. Setelah perjalanan itu gue lebih berani untuk melawan rasa takut yang ada dalam diri gue.

Gue banyak belajar dari perjalanan itu. Dari situ gue bisa tahu arti dari sahabat dan solidaritas yang kuat. Gue merasa beruntung punya temen-temen yang hebat dan peduli pada sesama.

Untuk Vina dan 2 temannya, semoga next time kita bisa bertemu kembali. Sedangkan untuk 8 orang temen-temennya Vina, please next trip kalau kalian naik sama temen-temen jangan egois yaa. Kalau kalian naik bareng, turun pun juga harus bareng.

Ini juga pelajaran untuk semua ya guys supaya kita bisa lebih peduli dengan teman dan sesama. Sekian dari gue, Asyxia Putri. Terima kasih sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca cerita gue.

Demikianlah cerita mistis Gunung Gede via Putri. Gunung adalah tempat untuk kita membersihkan jati dan pikiran. Di sisi lain, gunung juga adalah tempat mereka yang tak kasat mata. Alangkah baiknya kita tidak memaksakan diri untuk tetap mendaki gunung dikala kondisi tubuh tidak memungkinkan.

Semoga cerita horor nyata yang diceritakan di atas bisa membuat kita lebih menghargai dan menghormati mereka yang memang hidup berdampingan dengan manusia. Salam rahayu.

Sumber foto oleh @lindarhw_