Tips Belajar Meditasi untuk Pemula (Bag.1)

Tips Meditasi bagi Pemula

Pada kesempatan kali ini kami ingin berbagi mengenai tips belajar meditasi untuk pemula. Meditasi itu mudah, tapi banyak yang justru belum tahu caranya atau mengalami kesulitan dalam bermeditasi. Meditasi adalah bagian dari proses pendalaman spiritual ataupun bagian dari spiritual itu sendiri.

Bagi saya sendiri meditasi banyak sekali manfaatnya salah satu teknik untuk menyerap energi alam, bertafakur diri, dan sebagainya. Meditasi juga sama seperti ilmu lainnya perlu belajar dan ada tahapan untuk benar-benar merasakan manfaatnya secara maksimal.

Untuk itu kami ingin berbagi tips tentang meditasi agar kita bisa belajar meditasi dengan mudah. berikut tipsnya:

1. Meditasi Adalah Mengamati dan Menikmati "Kekinian" Anda


Perenungan merupakan salah satu bentuk meditasi yg paling dikenal. Saking lumrahnya, boleh jadi kita tak menyadari, bila saat merenung sebetulnya kita sedang bermeditasi secara alamiah. Merenung bukanlah melamun atau mengkhayal. Disini ada satu objek perenungan yang jelas, yang tetap dipegang, apakah itu bersifat sekala maupun niskala, bersifat lahiriah maupun batiniah.

Dengan mengamati suatu objek dengan cermat, seksama dan penuh perhatian, kita memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang objek tersebut. Objek yang dianjurkannya dalam perenungan adalah objek dalam. Sayangnya, kita umumnya tidak bisa serta merta melakukannya demikian.

Dalam mengawali latihan, penggunaan objek luar terasa jauh lebih mudah. Memanfaatkan keluar-masuknya napas sebagai objek misalnya, disamping tidak sepenuhnya di luar, juga memberi efek ganda berupa ketenangan dan kesehatan.

2. Meditasi Adalah Hadir di Sini & Saat Ini


Dalam bermeditasi, Anda haruslah hadir sepenuhnya di sini. Anda takkan pernah bermeditasi kalau pikiran kelayapan kesana kemari atau membumbung tinggi diterbangkan bagai angan-angan. Bukanlah meditasi yang Anda lakukan itu bilamana hanya jasad Anda saja yang hadir disini, sementara pikiran Anda tersita oleh kenangan atau ingatan di masa lalu atau terbetot dan diseret oleh berbagai angan-angan atau kekhawatiran ke masa depan.

Hadir secara fisik maupun mental, di sini dan saat ini. Itulah meditasi. Di sini, ia juga bisa disebut dengan "mengembalikan diri Anda pada diri Anda sendiri".

3. Meditasi Bukan Upaya Menjadikan Kita Sedemikian Terkondisi


Kita sudah lebih dari sekedar terkondisi. Kita telah terkondisi di tempat kerja, dalam perjalanan berangkat dan pulang kantor atau sekolah, sesampai di rumahpun masih dibebani oleh berbagai permasalahan .

Agaknya kurang arif bilamana kini kita malah menghadirkan beraneka pengkondisi lagi, yang tidak benar-benar perlu dan bermanfaat bagi jiwa. Umum beranggapan bahwa, meditasi mesti begini atau begitu. Ini malah terasa serba menyulitkan, serba membebani, sejauh mereka samasekali di luar kebiasaan kita.

Sikap tubuh memang memperngaruhi kekhusukan dan ketahanan, serta berkaitan erat dengan keterpusatan pikiran. Akan tetapi, meditasi bukanlah sekedar "konsentrasi". Ia merupakan aliran perhatian alamiah yang menerus terhadap objek yang dimeditasikan, dalam jangka waktu tertentu yang dibutuhkan.

Meditasi di sini justru merupakan "seni melepas-beban", seni melepaskan beban yang selama ini tersa menghimpit dan menekan, yang berupa berbagai pengkondisian yang ada maupun yang kita adakan tanpa sengaja.

Akan tetapi, jangan salah, ia bukanlah sebentuk "pelarian" dari tanggung jawab. Ia lebih berupa "peletakan sejenak" segala beban psikis pada jarak tertentu, sampai dengan Anda terpulihkan, dan "lebih bertenaga" untuk menanganinya lagi. Semua ini tentu berlangsung dalam tataran mental.

4. Tak Mudah Terpengaruh


Kedalaman meditasi (insight-depth), menyebabkan meditator tak mudah terpengaruhi oleh stimulus atau rangsangan luar, yang dibawa masuk saat berlangsung berbagai kontak duniawi. Kebiasaan reaktif selama ini, ditransformasikan menjadi proaktif. Inilah yang mententramkan; inilah yang bermanfaat langsung buat Anda.

Rangsangan luar mulanya memang bisa terasa sangat menganggu; akan tetapi semakin ke dalam mereka semakin tak terasakan. Kemantapan fisik secara langsung akan mempengaruhi ketahanan psikhis atau ketahanan mental. Inilah nantinya akan terpancar kembali berupa ketahanan fisik.

5. Mengenali Diri Anda Secara Lebih Baik


Adakah sesuatu yang lebih aneh di dunia ini dibandingkan dengan tidak mengenali diri sendiri? Mengenalinya bukan saja secara fisik tetapi juga secara mental?

Anda bisa saja mengenal dan mengerti dengan baik berbagai hal; namun apa artinya semua itu bila kita "asing terhadap diri sendiri". Sederhana saja; apapun yang kita amati dengan seksama, tentu akan kita kenali dengan lebih baik. Bila yang kita amati itu adalah ‘diri’ kita, maka kitapun akan mengenalinya jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Nah…dari perspektif ini, meditasi ini juga bisa disebut sebagai "meditasi mengenal-diri". Dengan lebih mengenalinya, kita jauh bisa lebih intim, lebih kompromistis, dan pada akhirnya lebih harmonis dengannya.

Bila ditelusuri akan tampak bahwa "konflik-batin" disebabkan oleh "krisis pengenalan diri". Dalam batin yang harmonis, tak ada konflik.

6. Pengekangan Jasmani Bukanlah Meditasi


Bukan meditasi disini maksudnya tidak kondusif bagi kemajuan meditasi Anda. Anda tak pernah merasa tenang, tenteram dan damai, bila salah satu kaki Anda kesemutan. Jasmani yang dikekang, apalagi disiksa, akan mengadakan perlawanan, sekuat pengekangan atau penyiksaan itu.

Walaupun rileksasi adalah pra-meditasi yang sangat bermanfaat, namun meditasi bukanlah, untuk sekedar rileks. Badan kita bisa saja tampak rileks, namun bila pikiran bergolak dan perasaan menggelora, apa gunanya? Jauh lebih dalam lagi, meditasi menentramkan jiwa yang gundah gulana, yang diganggu oleh berbagai agitasi dan agresi eksternal maupun internal.

7. Meditasi Punya Kemiripan Dengan Konsentrasi


Ketika bermeditasi, pikiran Anda terpusat pada satu objek; disarankan objek dalam; jadi amat mirip dengan konsentrasi. Saking miripnya, bahkan ada satu ensiklopedia yang mempersamakannya. Perbedaan mendasarnya adalah: meditasi bersifat :diri sentris.

Keterpusatan ditujukan pada segala fenomena yang terjadi di dalam, pada sang diri, baik yang bersifat lahir, kasat maupun yang bersifat batiniah. Sedangkan konsentrasi, bisa mengambil objek amatan apa saja.

Sebagai contoh adalah saat ini, ketika Anda membaca tulisan ini, Anda memperhatikan apa yang tampak di atas kertas bukan? Huruf demi huruf, kata demi kata dan seterusnya sambil menangkap makna tulisan ini. Yang ini konsentrasi.

Tetapi bila yang Anda amati dan perhatikan dengan seksama itu adalah bagaimana mata Anda bekerja dalam membaca atau sikap duduk maupun sikap badan Anda ketika membaca atau perasaan atau bentuk-bentuk batin ketika membaca ini. Ini berarti Anda sedang membangun kondisi meditative. Jadi keterpusatan bukan pada objek luar, akan tetapi pada fenomena jasmani maupun batin ketika mengamati objek luar itu; bukan untuk menilainya.

Nah, dengan demikian Anda senantiasa sadar terhadap setiap gerak gerik jasmani dan mental Anda, dengan tanpa memberi penilaian terhadap fenomena mental yang berlangsung, apalagi menghakiminya. Rasanya lebih mudah melakukannya daripada menjelaskannya. Memang, karena meditasi adalah praktek langsung, bukan teori.

8. Bukan Mengatur Gerak-gerik Rohani Maupun Jasmani


Dalam mengamati, kita tak mengatur gerak-gerik tubuh maupun mental kita. Hanya mengarahkan perhatian untuk memperhatikan dengan seksama semua gerak yang berlangsung. Dalam fase-fase awalnya, boleh jadi Anda lamban (mirip slow motion) di mata orang lain.

Ini memang umum terjadi. Kenapa? Karena kita cenderung terjebak pada memikirkan gerak itu, bukannya mengamati atau memperhatikannya saja. Bagi yang sudah terlatih, tak perlu lamban, biasa saja; seperti kebiasaan lainnya. Kita tak mengatur gerak jasmani atau mental, namun hanya memperhatikannya saja.

Bagi pemula, tentu tidak bisa langsung "meloncat". Butuh waktu. Masih pada fase awal, bila meditator "hampir" melakukannya dengan pas, ia akan bersikap acuh tak acuh ataupun tampak tak pedulian. Yang begini, biasanya terjadi pada mereka yang cenderung "selfish" ataupun yang sedikit rendah diri. Tapi tidak mengapa, amati saja.

9. Mengutamakan Objektivitas dan Kejujuran


Kita mengamati, hanya itu; tanpa menilai apa yang diamati. Bila ada interupsi berupa penilaian, ia tak lagi objektif. Kita terkadang merasa bosan, kesal, jengkel dan lain sebagainya; amat jujur bukan? Mengapa dan kepada siapa kita mesti berbohong? Apa perlu berbohong bila kita melihat dengan mata atau mendengar dengan telinga, misalnya?

Ketika si pikiran terusik objektivitasnya, maka ia mulai berbohong. Tampaknya saja ia bermeditasi, padahal sedang melamun. Bukankah itu tidak jujur? Oleh karenanyalah dikatakan bahwa meditasi mengutamakan objektivitas dan kejujuran (satyam). Kejujuran luar bermula pada Kejujuran dalam.

10. Perhatikan dan Catat Saja Dalam Hati


Dalam mengamati dengan seksama kita sebenarnya hanya memperhatikan saja. Tanpa penilaian, tanpa membubuhinya dengan prasangka-prasangka, praduga-praduga, pretense, harapan, sugesti, dan sejenisnya. Bila mau, boleh dicatat fenomena batin yang terjadi di dalam hati. Bila tak mau, tak apa-apa; bahkan lebih baik begitu.

Bila telah fasih latihan kita, pemahaman-pun akan muncul dengan sendirinya. Pemahaman yang bersifat lebih objektif dan apa adanya. Terbiasa begini, cepat atau lambat, kita dapat memahami apa itu apa adanya dengan amat jelas. Apa adanya, adalah "kebenaran" itu. Sederhana bukan? Cobalah!

11. Meditasi Punya Tahapan


Seperti juga jasmani, rohani pun punya tahap-tahap perkembangannya sendiri. Demikian juga dengan meditasi kita. Secara garis besar ia dapat dikelompokkan dalam tahap pemula, tahap antara dan tahap lanjut.

Di kalangan penekun, ada yang harus mengawalinya dari tahap pra-meditasi, sejenis penyeragaman, pengenalan atau masa orientasi. Pra-meditasi, mengarahkan kita pada persiapan fisik dan mental. Yang sudah siap tentu tak perlu lagi.

Seperti pada kegiatan lainnya, orientasi senantiasa kita perlukan. Orientasi mengantarkan kita pada pengenalannya secara lebih baik. Disini, kita juga dapat mengukur tingkat kesiapan kita untuk memulainya. Bila ada yang perlu dipersiapkan, maka persiapkanlah dengan baik dulu. Jangan sampai kita tersendat-sendat dalam perjalanan, karena kehabisan bensin, padahal sejak tadi sudah melewati beberapa pompa bensin. Kan sayang…

Berikut adalah pendapat seorang penulis, dosen ilmu filsafat di beberapa universitas Asia dan Eropa, yang juga berguru selama dua puluh lima tahun pada Sakya Tirzin, pemimpin ordo Sakya dari Budhisme Tibet:

The gradual development of the ability to see things ‘as the really are’ through the practice of meditation, has been linkened to the development of special instrument by mean of which we can now see subatomic reality and the like. In the same way, if we do not develop the potential of our minds through the cultivation of right effort, right mindfulness, and right concentration, our understanding of the real state of things will remain at best intellectual knowledge. [Peter Della Santina; The Tree of Elightenment – 1997, p.63.]

Dari sini kita dapat menangkap salah-satu esensi dari upaya melalui jalan meditasi ini. Untuk benar-benar dicatat adalah proses yang bertahap, dalam tahapan tertentu yang jelas dan terarah. Merujuk pada buku-buku, atau kata-kata bijak dan tuntunan dari mereka yang kita percayai, memang memberi pengetahuan yang bermanfaat.

Namun pengetahuan tersebut seringkali perlu ditransformasikan lagi secara mandiri. Jangankan buku-buku bisa mengembangkan batin Anda, seorang Guru pun hanyalah membuka gerbang "kesadaran" Anda saja. Tak lebih dari itu. Di dalam spasio-temporal ini, pentahapan pasti ada; tidak "sim salabim... abrakadabra… jadi!" Tidak. Tidak demikian prosesnya.

12. Ia Juga Punya Pola & Ritme


Pola ini tergantung kita sendiri. Artinya walau memang ada pola bakunya, adakalanya tetap disesuaikan dengan pola kita. Bila tidak, bagaimana kita akan menerapkannya bagi diri sendiri? Heterogenitas mendikte pola kita masing-masing. Secara alamiah, kita juga mempunyai ritme-biologis. Para olahragawan, memulai dengan pemanasan dan seterusnya. Jadi tidak langsung khusuk; bila bisa langsung khusus, tentu baik sekali.

Namun umumnya tidak demikian. Ritme, menjadikannya tidak monoton, ia juga menyebabkan tiap fase terasa baru. Menarik memang. Meditasi memang amat menarik bila ditekuni. Kita seakan menjadi hidup kembali; jauh lebih hidup dari sebelumnya; hidup dalam "dunia meditative" yang mengagumkan.

13. Bukan saja Alamiah, Tapi Juga Ilmiah


Sangat alami, duduk santai sambil memperhatikan gerak nafas sendiri, misalnya, amat alami, bukan? Tidak dibuat-buat, diatur atau dikontrol, harus begini atau begitu. Sikap tubuh pun biasa-biasa saja; tak perlu jadi pemain acrobat. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan dan menunjukkan ke-ilmiah-annya.

Objektifitas merupakan dasar dari dunia keilmuan. Disinilah kita terjamin untuk tidak terperangkap dogmatism. Disini pula kita memberdayakan nalar kita dengan lebih efektif. Secara tak langsung, pengembangan batin yang terjadi dari meditasi, juga akan mengurangi dan mengikis pandangan yang terkondisi oleh takhyul.

14. Ingat! Meditasi Adalah Olah Batin, Bukan Olah Raga


Kesalahan dalam memandang Meditasi, justru berawal di sini. Memang meditasi berefek samping positif terhadap kesehatan secara menyeluruh. Akan tetapi, itu bukanlah tujuan pokok dari ber-meditasi.

Olah-batin disebut juga praktek atau latihan spiritual atau sadhana. Namun kita bisa terperosok ke dalam upaya peraihan kanuragan, kesaktian atau sejenisnya. Bukan itu arah yang kita tuju dalam bermeditasi. Iming-iming kanuragan ataupun kesaktian memang menggiurkan bagi kebanyakan orang. Sebagai akibatnya, banyak yang mandek hingga disini saja. Berhati-hatilah terhadap yang satu ini!

15. Persiapkan Diri Sebelum Bermeditasi


Yang ini terkait dengan tips 10 sebelumnya. Persiapan senantiasa perlu. Apa yang perlu kita persiapkan? Diri sendiri; itu pasti. Pemahaman yang baik atas bidang kerja, akan memberi kemudahan-kemudahan dalam mengerjakannya. Kita bisa memperoleh pengertian tentang sesuatu melalui bertanya. Apakah itu bertanya kepada pembimbing, buku-buku, mereka yang lebih berpengalaman dan sebagainya.

Tips ini, juga pantas dipandang sebagai salah satu dari bahan baku untuk fase persiapan ini. Kiranya amat jelas bagi kita tentang pentingnya persiapan ini. Mengenai; tempat, pakaian, waktu dan lamanya, sambil jalan kita pun akan memahami dan menemukan kesesuaiannya dengan diri sendiri. Prinsipnya adalah, "yang sesuai dengan kondisi objektif kita, adalah yang terbaik bagi kita". Oleh karenanya, kenalilah dir’ Anda.

16. Hobi Yang Paling Murah


Betapa tidak, Anda tak perlu menyewa tempat, alat, ongkos, membayar sewa, atau membayar administrasi untuk memperoleh kartu keanggotaan atau sejenisnya. Diri Andalah modal dasar Anda. Oh ya, awalnya mungkin Anda perlu menyediakan waktu khusus untuk bermeditasi. Ini diperlukan demi pembiasaan dan pendisplinan-diri.

Tetapi setelah cukup lanjut, tidak lagi. Anda akan memahami dengan baik bahwa ia dapat dilakukan setiap saat. Ada yang mengatakan, "Bila kamu sempat bernafas, maka kamu pasti sempat bermeditasi". Sederhana dan sangat murah.

17. Menguntungkan Bagi yang Bernaluri Bisnis


Bagi yang berjiwa bisnis, ini boleh juga digeluti untuk dijadikan komoditas dagangan. Rekan saya ada yang berhasil dalam usaha seperti ini. Bayarannya ? Dollar lagi; menggiurkan bukan ? oleh karenanyalah "bisnis" olah-batin tampak semakin marak belakangan ini.

Nah... demikianlah manusia yang punya naluri bisnis tajam; apapun bisa dijual, ia jual untuk dinikmati hasilnya bagi dirinya sendiri. Dan itu memang masih (dianggap) sah-sah saja di mata publik. Kehausan manusia modern akan spiritualitas, bagi para pebisnis, menghadirkan peluang bisnis yang tidak kalah menggiurkannya dibandingkan bidang bisnis lain.

18. Dijadikan Komoditas Dagangan ?


Masak sekedar membimbing memperhatikan nafas saja diperdagangkan ? Saya malah agak heran mengamati fenomena itu. Lebih heran lagi, semakin mahal, apalagi bilamana diselenggarakan di hotel-hotel mewah, ia malah semakin laris; kayak kacang goreng. Mungkin karena lebih bergengsi.

Yaaah... begitulah umumnya kita-kita ini. Suka terkagum-kagum hanya pada kemasan luarnya saja. Apalagi bilamana produk itu dipromosikan dengan gencar di media-massa. Dalam dunia bisnis, ini memang dapat dimaklumi sebagai kewajaran. Sesuatu yang mudah, murah, apalagi gratisan, malah dicurigai macam-macam dan diremehkan.

19. Kondisi Meditatif Bukanlah Anugerah


Demikianlah sebetulnya; kita yang mengusahakan anugerah itu. "Sim salabim…..Anda Meditatif!"; itu bukan rumusnya. Meditasi bukan sulap, yang untuk didemonstrasikan guna merebut pangsa pasar dan meningkatkan nilai jual. Tak ada Guru manapun yang menganugerahkan itu pada Anda.

Metodenya, latihan awalnya, memang ada yang menginformasikan dan membimbing. Tapi, kondisi meditatif tetap merupakan upaya mandiri Anda. Ini amat penting untuk ditekankan disini. Saya tak ingin Anda dikibuli atau dikadali oleh siapapun. Tetapi bila Anda memang mau dan senang dikibuli, silahkan.

20. For The Better State of Mind


Sebagai bentuk seni, seni olah batin, di samping berciri keindahan juga mengkondisikan batin kita pada suasana yang lebih baik, dari sebelumnya. Dalam keadaan tenang, misalnya, kita akan bisa memecahkan berbagai persoalan hidup dengan jauh lebih baik.

Status batin-meditatif , juga melahirkan inspirasi-inspirasi serta solusi-solusi jeniusl bagi berbagai persoalan hidup yang kita hadapi. Nilai manfaatnya akan benar-benar Anda rasakan bilamana Anda telah demikian terbiasanya dalam status batin-meditatif ini; atau dengan kata lain, Anda telah benar-benar menjadikannya hobi serta sahabat Anda.

21. Menentramkan Batin


Kita tidak bisa membeli ketentraman batin. Yang satu ini tidak ada urusannya dengan uang atau harta-benda, pangkat, jabatan, pengaruh, kekuasaan maupun popularitas. Kepemilikan atas harta, bukanlah sesuatu yang salah menurut ajaran manapun.

Namun, terbelenggu oleh kemilikan atas materi duniawi inilah yang melahirkan konflik internal maupun eksternal. Pemenuhan demi pemenuhan hasrat kemilikan tidak akan menyudahinya; bahkan sebaliknya, malah menumbuhkan dan memperkuat keserakahan.

Kita bisa saja punya harta benda yang melimpah ruah, namun itu tidak mengurungkan untuk senantiasa dirongrong kekhawatiran kalau-kalau mereka tiba-tiba hilang ataupun menyusut. Jabatan, popularitas dan sejenisnya juga memiliki sifat yang sama; sama-sama mengundang kekhawatiran.

Tiada ketenangan pada batin yang dipenuhi kekhawatiran dan rasa was-was. Betapapun kita tahu bahwa kita menua setiap saat, namun secara naluriah ada kecenderungan untuk menolak hukum alam itu.

Kita tak segan-segan mendandani tubuh, melatih tubuh untuk dapat mempertahankan jasmani ini dari proses penuaan. Sadarkah kita bahwa apa yang kita lakukan sebetulnya adalah melawan hukum alam?

Bila kita perhatikan dengan lebih seksama lagi, akan dipahami bahwanya ketentraman bukanlah suatu anugerah; ia adalah hasil usaha atau merupakan pahala dari perbuatan kita sendiri. Ia tidak terkondisikan secara mutlak oleh iklim diluar; iklim luar memang berpengaruh, sebatas kita mengadakan penolakan pun pengharapan terhadapnya. Ketentraman adalah kondisi batin yang stabil, di mana gejolak di dalam teredam betapa mestinya.

Bagi seorang meditator, ketentraman batin diupayakannya secara mandiri, maksudnya ia tidak mengharapkannya datang secara otomatis ataupun tenggelam dalam kondisi batin meditatif dengan sendirinya, tanpa pengkondisian awal sama sekali

22. Sesuai Bagi yang Sibuk


Kesibukan menguras banyak enerji fisik dan enerji mental Anda. Bagi yang kesibukannya lebih banyak berupa kegiatan pikiran, kelelahan mental malah bisa menganggu kondisi fisiknya. Oleh karenanya, bukan saja meditasi sesuai bagi mereka yang sibuk, ia bahkan merupakan kebutuhan mentalnya.

Meditasi memberi pemulihan, bahkan me-recharging lagi dengan enerji fisikal dan mental lebih. Ini harus dibuktikan sendiri. Andalah yang bermeditasi, Andalah yang membuktikannya, dan Anda pula yang menikmati manfaatnya.

23. Bagi Siapa Saja


Pernah dan mungkin masih ada yang menyangka bahwa meditasi hanya untuk orang-orang tertentu yang menjalani kehidupan spiritual saja. Sangkaan tersebut jelas keliru. Ia bagi siapa saja; bebas Sara Ia bahkan bagi semua umur; tentu ada jenjangnya; dan bagi semua jender.

Jadi, bila Anda sebelumnya pernah menyangka lainnya, mulai saat ini buanglah prasangka itu jauh-jauh dan tolong jangan ditularkan kepada siapapun.

24. Menjadikan Hidup Indah


Ini bukan iklan murahan. Ia dapat dibuktikan. Secara naluriah kita mencintai keindahan. Keindahan dapat Anda serap dan hadirkan lagi di hati Anda, hanya bila Anda siap untuk menikmatinya.

Keindahan (sundaram) merupakan salah-satu sifat dari Sang Diri. Sebentuk karya seni tiada lain dari ekspresi rasa keindahan seorang seniman. Sementara seniman, menangkap inspirasinya lewat "meditasi alami" (bagi yang tidak secara khusus menekuni meditasi).

Walaupun Anda bukan seniman, Andapun punya bakat untuk menyerap dan mengapresiasi seni, hingga batas-batas waktu tertentu. Contohnya, Anda akan senang menyaksikan lelaki tampan atau wanita cantik, atau merasa nyaman di pegunungan atau di tepi pantai. Itulah salah satu berkah kita terlahir sebagai manusia.

Penikmatan seni atau keindahan, akan lebih baik bila kita mendekatinya melalui kondisi batin-meditatif. Hidup akan terasa jauh lebih indah, dalam kondisi batin seperti ini. Bukankah Tuhan juga dipandang sebagai Keindahan Yang Agung Itu?

25. Mengusir Pikiran-Pikiran Negatif


Pikiran negatif, banyak disebut sebagai biang kerok berbagai penyakit fisik dan mental, oleh para ahlinya. Bahkan, lebih dari delapan puluh persen gangguan fisik, konon bermula dari pikiran negatif. Ia bisa ditakuti melebihi virus HIV.

Pikiran Negatif juga disebut-sebut sebagai penyebab terjadinya penuaan dini. Jadi, secara tak langsung, meditasi juga bisa berfungsi sebagai obat awet muda. Namun untuk yang satu ini, saya harap Anda tidak mempercayainya begitu saja, kecuali setelah Anda buktikan langsung.

Di sisi lain, meditasi bukan saja mengusir pikiran negatif, ia bahkan dapat mengenyahkan berbagai gejolak dari bentuk-bentuk pikiran (citta vritti). Maharshi Patanjali menegaskan, "yoga citta vritti nirodhah". Yoga menghentikan gejolak pikiran dan gelora perasaan. Di dalam Asthanga Yoga-nya, Dhyana atau meditasi merupakan "angga" ketujuh, sebelum Samadhi.

26. Mengantarkan Kita Kembali Pulang


Kita mengenal pepatah: "setinggi-tingginya bangau terbang, ia akan pulang kembali ke sarangnya". Pulang ke rumah, merupakan aktifitas yang sangat menyenangkan, apalagi setelah kita berkelana sekian lama. Ini bukan saja bagi manusia, namun juga pada binatang sekalipun.

Mungkin inilah aspek spiritual dari meditasi itu, mengantarkan kita kembali pulang kepada Diri Sendiri. Kebiasaan dalam mengarahkan perhatian ke luar, dan terus menerus ke luar, telah menyesatkan kita di dunia objek-objek, di dunia materi, di dunia fenomena.

Ketika kesesatan ini telah sedemikian parahnya hingga kita menyangka bahwa dan mengidentasikan-diri kita sebagai materi tersebut, atau sebagai efek-efek emosional yang dimunculkannya. Semakin kita menjauh dari akar, dari pokok, kitapun semakin bingung, semakin tersesat.

Sesat di alam materi dan fenomena, telah melahirkan prasangka bahwanya memang disinilah asal kita, sehingga disini pulalah semuanya akan berakhir. Dari sinilah kita berangkat dan ke sini jualah kita akan pulang. Kita menyangka bahwa di alam inilah kita berbasis. Kita tak ingat lagi dari mana 'asal' kita.

27. Meditasi Bukan Sekedar Teori


Mengamati, mencermati secara seksama segala gerak-gerik batin sendiri dengan penuh perhatian, merupakan sesuatu yang amat bermanfaat didalam mengembangkan kebijaksanaan (prajna). Ketika memperhatikannya, kita tak perlu menilainya atau menduga-duga maupun berharap atau menolak. Cukup perhatikan saja seperti apa adanya.

Bila telah Anda lakukan seperti itu sesering mungkin, ia akan menjadi kebiasaan Anda. Pikiran dan perhatian Anda seakan enggan untuk memperhatikan yang di luar sana lagi. Namun sebelumnya, perlu dipahami sebaik-baiknya lagi bahwa meditasi adalah masalah praktek langsung atau pengalaman empiris; ia bukan dalil teoritis.

Bila kita telah mempraktekkannya secara langsung, maka kita secara pasti akan memahaminya sekaligus memperoleh faedahnya. Bila Anda baca dengan seksama tulisan ini, bisa saja Anda berpraduga bahwa saya adalah seorang ahli meditasi. Itu keliru; saya sama saja seperti Anda. Tak ada namanya ahli meditasi itu.

Apapun yang kita latih dengan tekun, memberi ketrampilan yang bermanfaat bagi kita. Hanya itu. Dan saya juga bukan seorang Bikshu, Yogi, Sannyasinn, maupun Guru Meditasi. Sekali lagi, mohon jangan salah duga.

Kita memang cenderung suka menduga-duga begini atau begitu. Sebetulnya, perilaku pikiran serupa ini, seyogianya enyah dari benak seorang meditator; jangan polusi batin Anda sendiri dengan berbagai dugaan. Batin kita sama saja "nakal"-nya, oleh karenanyalah ia perlu dilatih melalui meditasi. Apa yang saya sampaikan disini, semata-mata dari pengalaman saya yang tidak seberapa.

28. Meditasi Tetap Dilakukan Sendiri


Meditasi harus dilaksanakan sendiri. Ini sangat penting untuk dipahami. Mengembangkan batin, mensucikan pikiran, ucapan dan tindakan, harus kita lakukan sendiri. Kita tak dapat bermeditasi bagi orang lain; sebaliknya, orang lainpun tidak dapat bermeditasi bagi kita.

Ketika masih bayi, kita memang tidak perlu berjalan ke dapur untuk mengambil makanan atau minuman; ibu kita akan selalu siap menyusui dan menyuapi kita. Akan tetapi kita tetap harus memakan atau meminumnya sendiri. Ibu atau orang-tua hanya menyediakan saja.

Di sini, baik orang-tua maupun Guru hanya bertindak sebagai pembantu, memfasilitasikan segala sesuatunya bagi Anda. Bagusnya adalah, kendati meditasi mesti dilakukan secara benar-benar mandiri, namun hasilnya, berkah daripadanya, dapat dibagi-bagikan, dapat ditularkan juga kepada orang lain sebagai Yajna.

29. Memang Perlu Pelatihan


Kita tak dapat langsung duduk di hadapan setir sebuah mobil dan "sim... salabim!", Anda telah ngebut di tengah keramaian kota dengan kecepatan 60 km/jam. Tidak demikian, bukan? Kendati Anda seorang pembalap formula 1 sekalipun, awalnya Anda masih butuh beberapa menyesuaikan-diri dengan dan mengakrabi kendaraan serta medan.

Kendati batin meditatif terjadi secara spontan pada waktunya, awalnya ia perlu persiapan dan pelatihan. Sebagai suatu keterampilan, ia perlu pelatihan-pelatihan; tak jauh bedanya dengan nyetir, mengetik atau keterampilan lainnya. Ia butuh persiapan, pengkondisian awal dan pelatihan.

30. Desa, Kala, Patra Senantiasa Penting


Sepintar apapun Anda bermain sepak-bola, Anda tetap tak dapat melakukannya dengan baik di dapur. Anda butuh ruang yang cukup untuk itu. Ada tempatnya untuk melakukan sesuatu. Anda pun tak bisa mendatangi sebuah kantor atau unit pelayanan sosial setiap waktu. Ada waktunya kapan Anda harus ke pasar, kapan Anda mandi, kapan Anda makan, kapan Anda pergi ke tempat kerja, dan lain sebagainya. Jelas ada waktunya untuk melakukan kegiatan apapun.

Di dalam ajaran Hindu, pengkondisi desa-kala-patra - ruang, waktu dan kausasi - tetap berlaku. Ini juga berlaku di dalam menyelenggarakan meditasi. Bilamana Anda telah cukup maju, ia memang bisa Anda lakukan di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apa saja.

Akan tetapi pada tahap-tahap awal, penyesuaian-penyesuaian terhadap tempat (desa), waktu atau jadwal (kala) dan beberapa penyesuaian terhadap pengkondisian terkait lainnya (patra) penting untuk diperhatikan.

Saat brahmamuhurta, sekitar pukul 4.00 waktu setempat, dipercaya sebagai waktu yang ideal untuk bermeditasi; bahkan antara pukul 2.00 hingga pukul 4.00. Pada bulan mati (tilem) dan sehari sesudahnya (penanggal kaping pisan), hari ke-14 setelah bulan mati (caturdasi) dan hari purnama, juga beberapa hari lain memang terbukti sangat kondusif bagi penyelenggaraan laku spiritual.

Tempat yang secara fisikal meyejukkan, terlindung dari teriknya matahari, hembusan angin kencang dan dingin, dengan posisi lebih tinggi dari lingkungan sekitar, jauh dari keramaian, dekat dengan tempat-tempat suci, merupakan tempat-tempat yang diminati karena juga terbukti banyak membantu kemajuan.

Namun ini bukanlah berarti bahwa kita hanya berlatih di tempat atau pada waktu seperti itu saja. Latihan sedapat mungkin kita lakukan setiap saat, di mana saja dan dalam kondisi apa saja. Seorang Guru pernah mengatakan: "Bilamana Anda punya waktu untuk bernafas, maka Andapun punya waktu untuk bermeditasi".