Menyerap Aura Mistis di Candi Ijo

Menyerap Aura Mistis di Candi Ijo Prambanan

Menyerap Aura Mistis di Candi Ijo - Keindahan komplek Candi ljo langsung terlihat begitu menapaki puncak Bukit ijo di wilayah Desa Sambirejo Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Seperti umumnya komplek candi lain, candi-candi perwara langsung menyambut saat memasuki gerbang komplek tersebut.

Namun berbeda dengan candi-candi lainnya yang menggunakan formasi mandala (candi utama berada di tengah dan dikelilingi candi perwara), Candi ijo justru memiliki formasi membujur dengan candi utama berada di bagian paling belakang atau di puncak tertinggi.

Secara keseluruhan, candi ini memiliki 11 tingkat, tapi hanya dua tingkat teratas yang masih bisa terlihat. Sembilan tingkat di bawahnya hampir tak berbentuk lagi karena telah berbaur dengan lahan pertanian warga setempat.

11 tingkat itu diyakini sebagai lambang proses perjalanan hidup manusia yang mana terdiri dari 11 fase. Dimulai dari saat seseorang masih di dalam kandungan, hingga fase mencapai tahap kedewataan, karena amalan yang dilakukannya selama masih hidup.

Gambaran itu sebenarnya juga bisa dilihat pada Candi Borobudur yang juga terdiri dari beberapa lantai. Dimana masing-masing bagian diyakini sebagai perlambang satu fase kehidupan manusia di dunia.

Kembali ke Candi ijo, sekilas bentuk candi ini memang terbilang biasa saja atau mirip dengan candi-candi lain. Namun sejarah dibalik keberadaan candi ini serta formasi bangunannya membuat candi ini menjadi begitu istimewa.

Rumah Dewa Siwa


Candi Ijo diyakini didirikan pada masa awal berdirinya kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sanjaya. Jika benar, maka proyek ini boleh dibilang sebagai prestasi besar bagi dinasti Sanjaya, yang kemudian diikuti dengan proses pembangunan Candi Prambanan dan candi-candi lain di sekitarnya.

Salah satu daya tarik dari Candi Ijo adalah lingga yoni berukuran raksasa yang berada di dalam candi utama. Berbeda dengan lingga yoni di candi-candi lain dimana banyak yang hilang, lingga yoni di sini terlihat utuh tak berubah sedikitpun.

Mungkin karena ukurannya yang sangat besar membuat siapapun kesulitan untuk mengambil atau memindahkannya. Selain itu, keberadaan lingga yoni juga menjadi penanda bahwa candi ini memang dibangun sebagai persembahan kepada dewa Siwa.

Dilihat dari formasi susunan bangunan serta adanya lingga yoni menjadikan lambang kekuasaan Siwa atas seluruh semesta. Candi tersebut berfungsi sebagai rumah dewa Siwa untuk mengendalikan seluruh isi alam ini.

Banyak orang percaya bahawa komplek Candi Ijo memancarkan aura tertentu yang bisa menunjang kekuasaan seseorang. Karena itu tak heran jika ada beberapa orang yang sengaja menjalankan ritual khusus demi menyerap aura tersebut.

Tujuannya tentu agar kekuasaan yang dimilikinya menjadi langgeng. Bagi mereka yang ingin memiliki kekuasaan, aura itu konon juga bisa membantu memudahkan seseorang mencapai harapannya.

Tak hanya tempat ritual mendapatkan kekuasaan, tiga candi perwara di depan candi utama juga kerap dijadikan sebagai tempat ritual. Di dalam candi terdapat sebuah arca Nandi (lembu tunggangan dewa Siwa), yang diyakini memiliki aura kemakmuran.

Jika anda sedang berkunjung, tak jarang akan melihat taburan bunga dan sisa pembakaran hio yang menunjukkan bahwa tempat itu kerap dipakai sebagai tempat ritual. Arca Nandi memang diyakini memancarkan energi tertentu sehingga kerap diperlakukan istimewa.

Semua itu tentu tak lepas dari kisah Nandi sebagai tunggangan para dewa. Sehingga secara spiritual, arca ini memiliki makna filosofi sebagai alat untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Oleh sebab itu banyak orang melakukan ritual di sana.

Pada hari-hari tertentu, tak jarang para pelaku ritual harus antri agar bisa masuk ke dalam tempat Nandi berada. Sebabnya, peziarah yang datang cukup banyak sedangkan ukuran candi tempat Nandi berada cukup sempit sehingga hanya muat dimasuki beberapa orang saja.

Masyarakat sekitar juga banyak yang menjalankan ritual agar ternak-ternak mereka tidak mendapatkan gangguan dan bisa berkembang biak dengan baik.