Misteri Punden Ki Carang Mayit

Punden Ki Carang Mayit Blitar

Misteri Punden Ki Carang Mayit - Penampakan Ki Carang Mayit hampir selalu diikuti oleh peristiwa kecelakaan lalu lintas dengan merenggut banyak korban jiwa. Sebagian korban dijadikan anak buahnya untuk menguasai zona rawan kecelakaan yang lazim disebut Jalur Tengkorak. Siapa sebenarnya Ki Carang Mayit?

Lelaki renta berwajah tirus itu bercaping Iebar. Pakaian yang membalut tubuhnya yang kurus berwarna serba hitam. Model pakaiannya gombrong-gombrong seperti lazimnya yang dikenakan para petani di pedesaan.

Dalam setiap penampakannya selalu mengesankan dirinya sebagai seorang pengembala, yang sedang mengembalakan bebek-bebeknya pada senja hari di sebuah areal persawahan yang luas dan terletak di tepi jalan raya.

Warga mempercayai kakek renta itu sebagai Ki Carang Mayit yang sedang memberi tanda-tanda. Penampakan Ki Carang Mayit memang selalu terkait dengan tanda-tanda akan terjadinya sebuah peristiwa kecelakaan dengan membawa banyak korban jiwa.

Kepercayaan itu sudah terlanjur melekat kuat di benak para warga yang bermukim di sekitar pundennya. Punden Ki Carang Mayit sendiri terletak di Desa Popoh. Kecamatan WIingi, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur.

Lokasinya berada di sebuah areal persawahan di tepi jalan raya jalur Blitar - Malang. Banyak sekali pengemudi angkutan umum yang menziarahi tempat keramat itu untuk melakukan ritual tabur bunga. Menurut beberapa warga setempat, sudah sejak lama Punden Ki Carang Mayit tidak ada juru kuncinya.

"Karena tidak ada juru kuncinya, maka pengunjung bisa datang kapan saja," kata salah seorang warga setempat yang mengaku bernama Sutrisno.

Lebih jauh dikatakan Sutrisno, kedatangan para sopir angkutan umum di Punden Ki Carang Mayit itu biasanya terkait dengan upaya spiritual mencari keselamatan.

Keselamatan yang dimaksud, bukan hanya agar terhindar dari kecelakaan berlalu Iintas di jalan raya saja. Tetapi, juga keselamatan atas barang bawaannya agar terhindar dari kemungkinan dijarah ataupun dirampok oleh penjahat di jalanan.

Siapa sebenarnya Ki Carang Mayit ini, hingga kini masih gelap jati dirinya. Hanya saja, banyak yang mengatakan bahwa semasa hidupnya mendiang dikenal sebagai seorang tokoh yang sakti mandraguna. Selain itu, Ki Carang Mayit juga disebut-sebut masih memiliki keturunan bangsawan Mataram.

Komunikasi Gaib


Simpang siurnya jati diri Ki Carang Mayit menimbulkan penasaran banyak orang. Tidak sedikit di antara mereka yang ingin sekali mengungkap misterinya. Dari hasil komunikasi gaib, diketahui jika sebutan Ki Carang Mayit adalah nama samaran.

Nama itu sengaja digunakan yang bersangkutan untuk menutupi jati diri sebenarnya dari masyarakat luas. Ki Carang Mayit tidak ingin diketahui oleh khalayak luas kalau sebenarnya dirinya seorang pangeran.

Untuk menyembunyikan jati diri yang sebenarnya, selain mengganti namanya juga menyamar sebagai penggembala bebek. Beliau juga terkesan enggan sekali mengungkapkan siapa sebenarnya nama aslinya.

Dia hanya mengatakan bahwa dirinya juga memiliki hubungan dengan penguasa gaib laut selatan, Nyi Roro Kidul. Bahkan, atas petunjuk Nyi Roro Kidul-lah jika akhimya beliau berada di kawasan timur Blitar.

Bisa jadi keberadaan beliau di kawasan itu sebagai penjaga teritorial antara pantai-pantai selatan yang berada di kawasan Kabupaten Blitar dengan pantai-pantai selatan yang terdapat di kawasan Kabupaten Malang.

Yang jelas bagi masyarakat yang bermukim di sekitar pundennya, nama Ki Carang Mayit memiliki "konotasi kematian". Bukan hanya kematian biasa, tetapi kematian yang menimbulkan kesan horor dari sebuah peristiwa kecelakaan lalu lintas yang merenggut banyak korban jiwa.

Tetapi sebenarnya, nama Ki Carang Mayit itu sendiri sudah merupakan sebuah peringatan, bagi mereka yang mampu berpikir ke sana. Sebab dalarn Bahasa Indonesia arti carang itu rumpun duri bambu, dan mayit itu artinya mayat.

Namun ada juga versi lain. Menurut versi itu, Ki Carang Mayit adalah bangsa lelembut. Ia merupakan salah satu tawanan Syech Subakir. Dalam sejarahnya, nama Syech Subakir sangat populer sebagai ahli menumbali tempat-tempat angker yang dihuni jin jahat dan sebagainya.

Berdasarkan Kitab Kanzul Ulum Ibnul Bathuthah, Syech Subakir disebutkan sebagai salah satu anggota Wali Sanga angkatan pertama. Beberapa literatur memang menyebutkan, bahwa susunan anggota Wali Sanga sempat berganti hingga 5 kali.

Syech Subakir sendiri disebutkan sebagai Waliyullah asal Persia. Beberapa waktu di Jawa, dan meninggal dunia di Persia pada tahun 1462. Tetapi anehnya, di dekat Candi Penataran di Blitar ada sebuah bangunan makam berkijing yang banyak disebut-sebut sebagai makam Syeh Subakir.

Beberapa kalangan memang sempat meragukan, jika Syeh Subakir yang wafat di Persia itu dimakamkan di Blitar. Kalangan yang meragukan ini cenderung beranggapan, bahwa bangunan makam yang dikeramatkan dan yang selama ini disebut-sebut sebagai Makam Syeh Subakir itu, tidak lebih dari petilasan Sang Syeh itu sendiri.

Beberapa spiritualis menyebutkan bila Ki Carang Mayit adalah lelembut tawanan Syeh Subakir. Karena keganasan dan keliarannya, dia dan sejumlah lelembut lainnya sempat dikerangkeng untuk jangka waktu yang cukup lama oleh Syeh Subakir di sebuah tempat yang nyaris tidak terjamah manusia.

Tetapi sejak beberapa waktu lalu, masa pengkerangkengan Ki Carang Mayit usai. Dan tampaknya, pengkerangkengan itu sama sekali tidak memberikan efek jera terhadap diri Ki Carang Mayit itu sendiri.

Buktinya, Ki Carang Mayit tetap haus darah. Penampakannya selalu diikuti oleh peristiwa kecelakaan yang merenggut banyak korban jiwa. Pembelengguan Ki Carang Mayit oleh Syech Subakir, tentu bukan tanpa sebab.

Dalam kisahnya disebutkan, Syech Subakir sudah berulangkali mengingatkan Ki Carang Mayit agar mampu mengendalikan diri dalam setiap memenuhi ambisi pribadinya. Tidak sedikit mengorban jiwa orang-orang yang dianggapnya sebagai penghalangnya.

Konon Syech Subakir sudah sering mengingatkannya, namun peringatan tersebut sama sekali tidak digubris oleh Ki Carang Mayit. Karena tak ingin jatuh korban lebih banyak, terpaksa Syech Subakir membelenggunya.

Lazimnya seorang tokoh, Ki Carang Mayit pun mempunyai banyak pengikut. Pengikutnya sendiri terdiri dari bermacam- macam jenis makhluk halus. Sebagian besar di antara mereka adalah korban kecelakaan lalu-lintas di jalan raya yang meninggal dunia dengan sia-sia.

Masing-masing pengikut Ki Carang Mayit ini juga memiliki wilayah kekuasaan sendiri-sendiri. Wilayah kekuasaan yang dimaksud adalah jalur-jalur rawan kecelakaan lalu-lintas jalan raya yang lazim disebut Jalur Tengkorak.