Ajian Waringin Sungsang Brama Kumbara

Ajian Waringin Sungsang Brama Kumbara

Mengenal Ajian Waringin Sungsang Brama Kumbara - Ajian Waringin Sungsang adalah salah satu ajian yang disebut-sebut sebagai "puncak" atau tingkat tertinggi dari semua jenis ilmu kesaktian dan kanuragan. Ilmu ini banyak dimiliki oleh para pendekar pada masa lalu.

Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa Ajian Waringin Sungsang disebut memiliki kekuatan yang sangat dahsyat dan sangat mematikan. Siapa saja yang terkena ajian ini akan diserap energi kesaktiannya dan menjadi tidak berdaya.


Ajian Waringin Sungsang Brama Kumbara


Ajian Waringin Sungsang konon diciptakan oleh Sunan Kalijaga untuk mengatasi gangguan dari tindak kejahatan yang dilakukan oleh para penganut ilmu hitam pada zaman dahulu seperti pencurian, perampokan, dan pembunuhan orang tak bersalah. Belum lagi maraknya praktek ilmu-ilmu sihir yang mengancam setiap golongan masyarakat.

Maka diciptakanlah ajian Waringin Sungsang. Amalan ajian Waringin Sungsang menggambarkan kekuasaan Tuhan, karena segala kekuatan yang dimiliki manusia tentunya berasal dari Tuhan. Hal ini terlihat dari mantera ajian yang bernuansa religius dan selalu menyertakan nama Tuhan.

Ajian Waringin Sungsang sempat "menghilang" dari jagat ilmu kesaktian tanah air. Namun seiring waktu ajian ini muncul kembali setelah dipopulerkan oleh drama kolosal "Brama Kumbara" produksi Genta Buana Paramita pada tahun 2013.

Meski sebenarnya Ajian Waringin Sungsang Brama Kumbara hanyalah versi sederhana dan modifkasi dari Ajian Waringin Sungsang Sunan Kalijaga, ajian ini tetap saja lebih populer di masyarakat.

Makna Pohon Waringin Sungsang


Ajian Waringin Sungsang memiliki filosofi yang mendalam. Waringin adalah pohon beringin, sedangkan sungsang artinya terbalik. Maka pohon ini juga disebut pohon purwaning dumadi atau pohon sangkan paran.

Pohon waringin sungsang dimana akarnya berada di atas seperti kalpataru bermakna sumber kehidupan segala yang ada, sumber kebahagiaan, keagungan, serta sumber asal mula kejadian.

Di dalam kidung waringin sungsang juga terdapat ular yang melilit pohon. Hal ini melambangkan jasmani dan rohani yang menyatu dalam setiap perilaku. Seseorang yang mempelajari ilmu ini dianggap mampu menyatukan kehendak lahiriah dan batiniah.

Karena tingginya filosofi yang terkandung dalam ajian Waringin Sungsang, ilmu kesaktian tingkat tinggi ini hanya diwariskan kepada orang yang dianggap sudah menyelesaikan selaga urusan duniawinya.

Mantra Ajian Waringin Sungsang Brama Kumbara


Berikut adalah bacaan mantra dari Ajian Waringin Sungsang Brama Kumbara :

Niat ingsun amatek ajiku Waringin Sungsang

wayahipun tumuruna, ngaubi awak mami, tur tinuting bala, pinacak suji kembar, pipitu jajar maripit, asri yen siyang, angker kalane wengi.

Duk samana akempal kumpuling rasa, netraku dadi dingin, netra ningsun emas, puputihe mutyara, ireng-ireng wesi manik, ceploking netra, waliker uda ratih.

Idep ingsun kekencang bang ruruwitan, alisku sarpa mandi, kiwa tengen pisan, cupakku surya kembar, kedepku pan kilat tatit, kang munggeng sirah, wesi kekenten adi.

Rambut kawat sinomku pamor anglayap, batuk sela cendani, kupingku salaka, pilingan ingsun gangsa, irungku wesi duaji, pasu kulewang, pipiku wesi kuning.

Watu item lungguhe ing janggut ingwang, untuku rajeg wesi, lidah wesi abang, aran wesi mangangkang, iduku tawa sakalir, lambeku iya, sela matangkep kalih.

Guluku-ningsun paron wesi galigiran, jaja wesi sadacin, pundak wesi akas, walikat wesi ambal, salangku wesi walulin, bauku denda, sikutku pukul wesi.

Asta criga epek-epek ingsun cakra, cakar wok jempol kalih, panuduh trisula, panunggulku musala, mamanisku supit wesi, jentikku iya, ingaran pasopati.

Bebokongku sela ageng kumalasa, akawet wesi gilig, ebol-ingsun karah, luput denda kang tinja, balubukan entut mami, uyuhku wedang, dakarku purasani.

Jembut kawat gantungaku wesi mentah, walakang wesi gapit, pupu kalataka, sungsum ingsun gagala, ototku gungane wesi, ing dalamkan, ingaran kaos wesi.

Sampun pepak sarira-ningsun sadaya, samya pangawak wesi, pan ratuning braja, manjing aneng sarira, tan ana braja ndatengi, dadya wiyana, ayu sarira mami.

Ana kidung sun-angidung bale anyar, tanpa galar asepi, ninis samun samar, patining wuluh kembang, siwur burut tanpa kancing, kayu trisula, gagarannya calimprit.

Sumur bandung sisirah talaga mancar, tibeng jaja ajail, dinding endas parah, ulur-ulur liweran, tatambang jaringing maling, dadal dadnya, gagulung ing gagapit.

Naga raja pangawasan manik kembang, kembang gubel abaji, tajem neng kandutan, udune sarwi nungsang, kurangsangan angutipil, angajak-ajak.

Mantera di atas dibaca sebanyak-banyaknya setiap hari. Sedangkan dalam versi Sunan Kalijaga, mantera dibaca sebanyak 7x setiap selesai sholat Isya atau saat tengah malam.

Penutup


Demikianlah penjelasan kami mengenai Ajian Waringin Sungsang Brama Kumbara. Semoga dengan tulisan ini dapat semakin memperkaya khazanah pengetahuan anda mengenai ragam ilmu kanuragan tanah air dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Salam Rahayu.