Perbedaan Wirid dan Dzikir

Perbedaan Dzikir dan Wirid

Karena banyak yang masing bingung dan salah kaprah mengenai perbedaan dzikir dan wirid, dalam tulisan ini kami akan coba membahas kedua hal tersebut secara lebih mendalam. Tentang apa itu dzikir dan wirid hingga macam-macamnya.


Apa itu Dzikir/Zikir?


Secara etimologi, kata 'dzikir' dalam bahasa arab berarti "mengingat". Jadi bacaan dzikir yang ada di dalam Al Qur'an dapat diartikan sebagai "cara mengingat Allah". Penjelasannya dalam Al Qur'an bisa dilihat dalam firman Allah SWT pada surah Al Ahzab ayat 41 berikut:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ

"Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya,"

Bolehkah berdzikir sambil beristirahat? Dalam Al-Qur'an memang tidak disebutkan secara rinci dan jelas mengenai kapan waktu yang paling baik untuk berdzikir. Namun para ulama sepakat bahwa perintah untuk berdzikir mengingat Allah bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja tidak terbatas waktu.

Apa hukum berdzikir? Setiap umat muslim diwajibkan untuk memperbanyak dzikir. Seperti yang dijelaskan dalam Al Qur'an surah Al Munafiqun ayat 9 bahwasanya jika ia lalai dalam berdzikir, maka ia termasuk dalam orang-orang yang merugi.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."

Apa itu Wirid?


Berbeda dengan kata 'dzikir' yang disadur dari redaksi bahasa Arab, kata 'wirid' justru berasal dari bahasa Melayu kuno yang artinya 'diulang-ulang'. Dalam sejarahnya, kata 'wirid' banyak dipakai oleh para penyiar agama Islam di Nusantara.

Kata 'wirid' digunakan untuk menjelaskan tentang cara membaca kalimat-kalimat Allah yang dilakukan secara berulang di waktu-waktu tertentu dengan maksud dan tujuan khusus (hajat). Misalnya wirid agar memperoleh kekayaan, wirid cepat jodoh, dan lain sebagainya.

Dalam perkembangannya, wirid digunakan sebagai kata yang digunakan untuk membaca doa-doa dan kalimat-kalimat Allah secara berulang.

Perbedaan Wirid dan Dzikir


Jika kita melihat penjelasan mengenai apa itu dzikir dan wirid di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan dzikir dan wirid terletak pada waktu dan tujuannya belaka.

Bacaan dzikir bisa dilakukan kapan saja semata-mata untuk mengingat Allah dan mendapat pahala. Sedangkan wirid dilakukan di waktu-waktu tertentu dengan maksud dan tujuan yang terkandung dalam doanya.

Karena dalam wirid terkandung muatan doa yang berisi maksud dan tujuan tertentu maka diperlukan seorang guru pembimbing atau pengijazah (Al Mujiz). Hal ini semata-mata agar maksud dan tujuannya tidak melenceng serta dapat memberi manfaat bagi pengamalnya, karena itulah bahaya amalan tanpa guru.

Hukum Wirid setelah Sholat


Setelah kita paham bahwa wirid adalah dzikir yang di dalamnya terkandung muatan doa berisi maksud dan tujuan tertentu, lalu bagaimana hukum wirid dalam Islam?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita bisa bersandar pada hadits berikut:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لأَنْ أَقُولَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ

Dari Abu Hurairah, dia berkata, "Rasulullah shallallahu aalaihi wasallam telah bersabda: 'Sesungguhnya membaca "subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar)" adalah lebih aku cintai daripada segala sesuatu yang terkena sinar matahari."
(HR. Muslim No.2695)

Al Munawi rahimahullah mengatakan, "Segala sesuatu yang dikatakan antara langit dan bumi, atau dikatakan lebih baik dari sesuatu yang terkena sinar matahari atau tenggelamnya, ini adalah ungkapan yang menggambarkan dunia dan seisinya."

Dari kalimat di atas sudah menunjukkan bahwa kalimat tersebut lebih baik daripada dunia seisinya. Maka itu berarti wirid termasuk ibadah yang diperbolehkan, selama masih sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah dan tidak melanggar syariat Islam.

Macam-macam Wirid dan Manfaatnya


Wirid dibaca di berbagai kesempatan seperti setiap selesai sholat atau saat ada hajat tertentu. Dalam hal ini wirid terbagi atas beberapa macam yang masing-masing memiliki manfaat tersendiri. Secara garis besar, kita bisa membagi wirid menjadi 2 jenis tergantung fungsi, jumlah hitungan, dan waktu pengamalannya.

Berikut adalah macam-macam wirid dan manfaatnya:

  1. Wirid Ma'tsur
    Bacaan wirid ini diambil dari Al-Qur'an atau Hadits Nabi. Doa-doa yang diambil dari Al Qur'an misalnya doa sapu jagad atau Al I'tiraf. Sedangkan dalam hadits Nabi bisa mengambil dari karya Al-Imam An-Nawawi Ad-Dimasyqi yakni Al-Adzkar An-Nawawiyah.

  2. Wirid Ghoir Ma'tsur
    Wirid jenis ini bisa dibilang adalah hasil racikan dan eksperimen atau modifikasi dari wirid ma'tsur namun tetap mengacu kepada Al-Quran atau hadits Nabi. Salah satu contoh paling tepat untuk menggambarkan wirid ghoir ma'tsur adalah 'hizb' (hizib).

Dari kedua jenis wirid di atas, wirid ghoir ma'tsur terutama hizib membutuhkan pembimbing (mursyid) dan ijazah karena tergolong cukup berat. Mempelajari hizib tidak dianjurkan bagi para pemula yang mengamalkan tanpa bimbingan dan ijazah.

Ijazah Ilmu Hikmah


Ijazah ilmu adalah izin yang diberikan untuk membaca suatu amalan wirid dengan tata cara tertentu yang telah ditentukan. Adalah suatu keharusan bagi pengamal wirid untuk mengijazahkan amalan yang akan mereka terima.

Ada 3 jenis ijazah ilmu hikmah yang diakui oleh para ulama, antara lain:

  1. Ijazah 'Ammah (ijazah umum)

    Ijazah 'ammah adalah jenis ijazah ilmu yang paling jamak ditemui. Dalam ijazah 'ammah biasanya tidak menyertakan jumlah hitungan wirid dan sanadnya. Biasanya dari kitab-kitab hikmah yang menyampaikan suatu amalan wirid, atau dari suatu majelis yang memberikan ijazah untuk para jamaahnya.

    Contoh, seorang Kyai memberikan sebuah amalan kepada semua jamaahnya agar mendapatkan suatu faedah. Disinilah maksud dari ijazah 'ammah, ia tidak melihat siapa yang menjadi pengamalnya. Jadi siapapun boleh mengamalkan wirid tersebut.

  2. Ijazah Khususiyah (ijazah khusus)

    Ijazah jenis ini lebih khusus, biasanya berdasarkan karakter pengamal dan ijazah yang dikeluarkan. Jenis wirid yang diberikan juga lebih khusus, misalnya hizib atau asma. Karena tergolong ijazah ilmu tingkat tinggi, hawanya lebih 'panas' sehingga biasanya di-ijazahkan dengan hati-hati.

    Selain itu juga termasuk amalan yang memiliki tata cara khusus hingga terkabulnya hajat si pengamal. Beberapa hal yang menyertai ijazah ini antara lain:

    • Sanad, atau mata rantai mujiz

      Sanad terbagi menjadi dua macam, yakni sanad Sughro dan sanad Kubro. Sanad Sughro tidak terlalu panjang, mungkin hanya 3 sampai 5 orang saja dengan menyertakan Mujiz-nya.

      Sedangkan sanad Kubro lebih panjang dan lengkap. Biasanya disertai dengan beberapa nama khusus yang berkaitan dengan isi amalan wirid. Sanad Kubro biasanya dimiliki oleh jamaah Thoriqoh, namun tanpa nama khodam ayat seperti dalam amalan  ilmu hikmah.

    • Hitungan / jumlah wirid

      Dalam ijazah khususiyah, jumlah hitungannya lebih disiplin. Sang Mujiz biasanya menyertakan sejumlah hitungan dalam bacaan wirid tersebut. Ada hitungan ringan untuk harian yang dibaca beberapa kali dalam sehari dan hitungan darurat yang berkaitan dengan saat riyadhoh atau hajat tertentu.

  3. Ijazah Ghoibiyah

    Ini adalah jenis ijazah ilmu yang paling jarang ditemui. Biasanya ijazah ghoibiyah hanya diterima oleh kalangan khowas/mursyid tertentu setelah melewati berbagai ujian dan syarat yang ditentukan.

    Ijazah ini menjadi bukti kemampuan seorang khowas dan dekatnya maqom beliau kepada Allah. Ijazah ghoibiyah akan membawa kebaikan bagi si penerima, baik urusan dunia maupun akhirat.

Penutup


Demikianlah penjelasan kami mengenai perbedaan wirid dan dzikir. Anda bisa mengamalkan wirid dan dzikir selama berdasar pada Al Qur'an dan Al Hadits serta tidak melanggar syariat Islam. Untuk jenis wirid ghoir matsur, sangat disarankan mencari guru pembimbing. Karena tanpa tahu muatan atau kandungan doa maka kita bisa terpedaya akan bujuk rayu iblis dan syaitan.