Asal-usul Genderuwo

Asal-usul Genderuwo

Genderuwo atau genderuwa adalah sejenis makhluk gaib yang berwujud seperti kera atau gorila. Genderuwo ditakuti oleh banyak orang karena sosoknya yang menakutkan dan sering berbuat jahat. Dalam tulisan ini, Dunia Alam Gaib akan membahas mengenai asal-usul genderuwo.

Sosok genderuwo bisa dengan mudah kita temukan dalam berbagai adat tanah air. Mulai dari ujung barat pulau Sumatera hinga tanah Papua nan jauh disana memiliki sosok 'genderuwo'-nya masing-masing; meskipun dengan penyebutan yang berbeda-beda.

Dalam beberapa kepercayaan, terutama dalam adat Jawa, genderuwo kerap dikaitkan dengan arwah pria atau laki-laki yang meninggal secara tak wajar. Jika arwah perempuan yang gentayangan maka disebut 'wewe' atau 'kuntilanak'.

Baca juga: Doa Memanggil Kuntilanak

Meskipun penyebutan genderuwo pada arwah manusia yang mati secara tidak wajar tersebut kurang tepat, ada kesamaan sifat dimana nama 'genderuwo' mengacu pada sosok jin yang berwarna hitam, berbadan kekar, berbulu, memiliki taring yang mencuat, dan beraura panas.

Genderuwo dapat berinteraksi bahkan melakukan kontak fisik dengan manusia. Mereka dikenal sangat suka mengganggu manusia seperti melempari atap rumah dengan batu, melompat ke hadapan orang yang melewati kuburan, atau mendorong seseorang saat sedang berdiri sendirian.

Genderuwo menaruh perhatian khusus pada wanita. Menurut cerita, genderuwo suka memindahkan celana dalam wanita, menepuk pantatnya, mengelus tubuh wanita saat tidur, bahkan terkadang sampai meniduri wanita-wanita yang kesepian karena ditinggal suaminya.

Dalam melancarkan aksinya, genderuwo akan menyamar sebagai sang suami atau kekasih kemudian mengajak wanita tersebut untuk berhubungan badan. Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa hubungan ini bisa menghasilkan keturunan, yakni persilangan antara manusia dan genderuwo.

Konon kemampuan genderuwo dalam urusan ranjang sangat luar biasa. Sang wanita seringkali akan merasa sangat puas dan merasakan kenikmatan yang luar biasa. Mereka tidak sadar bahwa mereka sedang bersenggama dengan sosok genderuwo.

Sayangnya sosok anak genderuwo hasil hubungannya dengan manusia ini tak memiliki bentuk manusia sempurna. Mereka umumnya sangat berbulu, memiliki ukuran kepala relatif besar, dan bentuk wajah yang aneh. Anak genderuwo biasanya tidak memiliki umur yang panjang, kemungkinan terkait akan persilangan genetik.

Tapi kelebihannya, mereka memiliki kelebihan dibandingkan manusia biasa. Anak genderuwo kebanyakan sangat kuat, memiliki kepekaan batin yang luar biasa, dan biasanya dilindungi oleh sosok 'ayah'.

Kita beberapa kali mendengar tentang anak hasil hubungan manusia dengan genderuwo. Jika dulu kita mengenal anak genderuwo Mojokuto yang meninggal pada usia 16 tahun, lalu Tebo alias Imam Sayuti, dan terakhir ada Wagini anak genderuwo yang sempat tampil di acara Hitam Putih televisi.

Genderuwo senang menghuni tempat-tempat yang gelap dan lembab, pohon-pohon besar dan tua, atau bangunan yang sudah lama tidak berpenghuni. Berdasarkan penulusuran kami, komunitas genderuwo paling besar berada di daerah Hutan Jati Danalaya di Slogohimo, Wonogiri dan Lemah Putih di Girimulyo, Kulonprogo.

Dalam cerita rakyat disebutkan bahwa genderuwo bisa dipanggil dengan menggunakan sesajen berupa sate burung gagak. Ritual ini mengharuskan si pemanggil untuk menyembelih burung gagak, mengulitinya, kemudian membakarnya seperti sate biasa. Lokasi pembakaran sate ini biasanya berada di pinggir hutan atau di tempat-tempat yang diyakini ada keberadaan genderuwo.

Ritual pemanggilan genderuwo biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan angka dalam judi togel atau untuk membuat menang dalam setiap perjudian. Itu sebabnya dalam setiap perjudian, sangat umum dijumpai genderuwo yang ikut 'bermain' bersama para penjudi.